12 Januari 2009

Cinta = Pacaran, Benarkah?

Kata Pengantar


Segala puji hanya milik Allah semata yang telah menjadikan manusia menjadi berpasang-pasangan. Solawat serta salam selalu tercurah ruah kepada nabi besar kita yakni beliau yang membawa umat manusia dari kehilapan menuju kehidupan yang penuh dengan cahaya, pembawa panji kebenaran sejati sebagai wakil Allah di muka bumi untuk menjalankan hukum-hukumnya, sebagai uswatun hasanah yakni beliau Muhammad Saw.
Pada dasarnya, penyusunan buku ini bertujuan untuk menunjang pengetahuan remaja yang masih miskin pengetahuan (cinta), yang masih mudah terpengaruh dengan angan-angan yang bersifat tipuan. Sebagai bahan referensi penulis melihat kehidupan remaja dalam konteks kekinian.sebagai bahan untuk pemecahan masalahnya penulis banyak mengambil dari buku-buku yang sudah terkenal dan pendapat-pendapat dari para ahli, dalam buku ini ditulis pendapat dari DR. Ramdhan Al-Buthi, Irawati; seorang anggota FLP dan Imam Ibnu Hazm dalam bukunya “Thauq Al-Hamamah” dan A. Andryana, seorang Cendikiawan Muslim Muda dalam bukunya “Find Your Self”sebuah buku yang penting untuk dimilki bagi orang yang ingin tahu siapa dirinya.
Penulis juga tidak tahu banyak mengenai cinta, untuk itu peulis hanya dapat memaparkan pendapat-pendapat yang sudah desebutkan oleh para ahli dalam bidangnya. Dalam penuh semangat akhirnya penulis dapat merancang buku ini dengan tempo tiga hari. Semoga uraian dalam buku ini mampu mencerahkan hati dan memicu semangat untuk memulai hidup dan kehidupan masa remaja menjadi penuh hal yang posotif dan bermanfaat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah Swt. Yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan kepada penulis dalam menyusun buku ini. Penulis juga memerlukan saran dan kritikannya dari pembaca demi mencapai kesempurnaan buku ini.




Bandung, 13 Desember 2007
Penulis



Mat MUN_D






Isi Buku


Permulaan Cinta

Dalam pembahasan ini, penulis mencoba menelusuri perjalanan cinta yang banyak di alami siswa tingkat SMP/SMA dan sederajat. Banyak kita jumpai siswa di tingkat ini sedang pesatnya perasaan mereka untuk mencintai dan di cintai lawan jenis. Sudah menjadi fitroh manusia untuk mempunyai perasaan cinta, perasaan yang membuat hatinya berbunga-bunga apabila ditemukan panutan hatinya berada di depan mata. Sering kita alami bila kita bertemu dengan seorang pujaan hati. Hati ini menjadi mengalami suatu yang bergejolak. Entah perasaan itu berasal dari mana. Pokoknya ada pada jiwa seseorang yang mempunyai cinta. Gejolak ini bisa saja terjadi apabila bertemu dengan sang pujaan, secara sadar maupun tidak sadar. Walaupun sering kali kita mengelak untuk menyingkirkannya dalam jiwa ini. Gejolak cinta yang dahsyat pasti bisa dirasakan oleh setiap insan yang baru menemukan cintanya.
Kisah percintaan remaja modern kini tidak jauh dari sifat “malu-malu kucing”. Awalnya seseorang baru saja mengalami masa fubernya merasa malu untuk mengungkapkan rasa cinta yang dimilikinya. Mungkin dorongan dari teman-temannya rasa cinta yang di pendamnya akhirnya tersampaikan juga. Hal ini biasanya sering di sebut oleh remaja sekarang sebagai “Mak Djomlang”. Sebutan itu ditujukan kepada orang yang menyampaikan cinta temannya kepada orang yang di cintai temannya dengan perantara dia. Memang kalau kita pikirkan apa untungnya menjadi seorang yang seperti itu. Dengan dalih setia kawan, ataupun ingin ikut membahagiakan teman, mereka suka rela untuk menjadi seperti itu.
Apa yang akan dilakukan apabila hal-hal tersebut terjadi pada diri kita. Sesuatu yang baru dan sebelumnya belum pernah kita alami. Kita lihat peristiwa ini pada orang yang baru merasakan rasa cintanya. Sesuatu yang dirasakan amat menggoncangkan jiwa sampai tubuh ini terasa bergetar. Sungguh gejolak cinta yang dahsyat. Perasaan cinta yang sungguh sulit untuk di pahami. “Mengapa hati ini terasa bergetar, jikalau bertemu dengan dia?”. Kita ketahui pasti kata-kata seperti itu muncul dari seseorang yang baru dihinggapi virus cinta.
Menjadi suatu kewajaran seorang yang mengalami hal tersebut. Di masa muda yang penuh dengan hal-hal penasaran dan serba ingin tahu. Disinilah terjadi tanda-tanda kedewasaan seorang manusia. Dulunya berpakaian kucel kini menjadi seorang tampil rapi, rambut yang dulunya acak-acakan kini sudah mulai memakai minyak rambut, sampai pada perubahan fisik. Misalkan, suara menjadi terasa lebih besar. Masa-masa fuber inilah yang banyak dialami oleh anak muda untuk menjadikan masa mudanya dengan penuh cinta.
Cinta yang mereka raih hanyalah cinta yang berasal dari hawa nafsu. Kecintaan kepada seorang yang di dambakannya tidak lebih dari sekedar hasil pemikiran yang tidak menentu tujuannya. Cinta yang dianggapnya sebuah permainan, mereka jadikan suatu yang dapat membahagiakan hati yang pupus. Tujuan yang bukan merupakan pemikiran syari’at. Hanyalah yang ada cuma pikiran sepintas untuk mambahagiakan hati dan jiwa yang sedang kosong.
Cinta bisa saja ada pada jiwa setiap individu. Namun rasa cinta yang mana, yang mesti kita ungkapkan. Di lihat dari kontek sekarang ini banyak cinta bagaikan seekor kupu-kupu yang sedang mencari makan, hinggap dibunga ini kemudian hinggap di bunga lainnya. Apabila bunga yang di hinggapinya sudah tidak layak untuk di konsumsi maka kupu-kupu itu pergi ke bunga yang lain yang masih segar. Begitu pula cinta anak muda yang menganggapnya sebuah permainan.
Secara tidak langsung mereka sudah menjadikan cintanya sebagai barang dagangan. Rasa cinta yang sesaat yang membuat anak muda kini bisa berganti ganti pasangan ataupun ada mereka yang selingkuh. Sungguh fenomena yang menarik perhatian.
Didalam kelakuan cinta kini ada yang menyebutkan cinta pertama. Mereka memaknai bahwa cinta pertama merupakan rasa cinta yang takkan pernah terlupakan. Di cinta pertama inilah mereka menemukan gejolak cinta yang begitu dahsyatnya.
Kalau saja kita mencoba berfikir untuk dapat memaknai arti cinta pertama. Kita coba artikan ”Cinta Pertama” dari segi bahasa. Kata ”Pertama” menunjukan sesuatu yang awal merupakan sinonim dari kata ”Kesatu” yang asal kata dari ”Satu”. Kata ”Satu” di dalam kamus bahsa Indonesia jumlah. Secara kenyataan kalau yang pertama pasti ada kedua, ketiga dan seterusnya. Dapat kita simpulkan secara tidak langsung makna dari kata ”Cinta Pertama” dapat menjadikan bagi orang yang mengatakannya subuah orientasi untuk menjadikan cinta dapat digantikan dengan cinta yang lain. Secara jelas apabila ada cinta pertama berarti ada cinta kedua, ketiga dan seterusnya. Pada dasarnya adalah berganti-ganti pasangan.
Cinta sebenarnya bukan merupakan hal yang awal dan yang akhir. Senantiasa cinta akan selalu hadir dalam jiwa setiap insan. Karna cinta merupakan pemberian tuhan yang mengisi hidup dan kehidupan manusia. Dimana cinta yang berperan penting yang menjaga kerukunan setiap warga masyarakat. Rasa cinta inilah yang dapat menjadikan kita dapat saling menghargai satu sama lain. Orang yang kecil tidak merasa dikucilkan dan orang besar tidak merasa disombongkan. Kita sadar bahwa hidup ini bukan merupakan hal yang sia-sia. Maka daripada itu kita harus menjadikan rasa cinta yang kita miliki sebagai suatu yang mulia. Janganlah kita jadikan rasa cinta ini kita salurkan dengan salah kaprah. Dengan dalih cinta, kadang-kadang pacaran jadi melegalkan yang tidak di perbolehkan sebelum menikah.


Cinta Sejati

Sebagai seorang insan yang telah di anugrahkan cinta oleh sang kholiq. Mungkin kita bertanya ; ”Untuk apa sebenarnya cinta ini?”. Kita bahas persoalan ini dengan meneropong kedalam dunia remaja saat ini. ”Apa yang telah kita lakukan untuk cinta?”.
Islam merupakan jembatan untuk mencapai syurganya Allah dimana didalamnya terdapat semua kebutuhan manusia. Islam memandang cinta merupakan suatu yang mulia dan bukan barang yang rendah yang bisa dipergunakan seenaknya.
Kadang kita terbuai dengan rasa cinta yang dimiliki sehingga kita melupakan kewajiban yang seharusnya di pelihara dengan apik tapi malah di pergunakannya dengan pemikiran yang sesaat yang hanya datang dari nafsu belaka.
Jadikanlah rasa cinta ini untuk hal yang berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Jangan hanya mengumbar hawa nafsu belaka yang dapat membawa kita kedalam jurang kehinaan.
Kata-kata yang menyentuh hati bagi orang beriman, mudah-mudahan dapat mambawa kita menuju kebenaran yang sejati. Cinta sejati merupakan nikmat pemberian Allah yang akan terus terasa sampai akhir hayat.
Pengertian cinta dapat juga disebut ”Fitroh Manusia”, namun cinta sejati seharusnya dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt. Jadi cinta pastilah ada pada setiap insan yang merasakannya. Namun metode yang bagaimana untuk menjadikan cinta yang dimiliki dapat menyelamatkannya. Sudah banyak orang yang menggunakan cintanya secara sia-sia. Mereka itulah yang berfikir singkat mengenai cinta. Mereka memaknai cinta dalam arti yang sempit saja, yakni untuk mencintai dan di cintai lawan jenis. Benar inilah pengertian cinta?”.
Adapun pengertian cinta sejati menurut pandangan mereka ; ikatan tali kasih sampai ajal menjemput. Menjalani kisah cinta berdua seperti halnya Romeo dan Juliet. Orientasi duniawi telah melupakan terhadap siapa yang memberikan rasa cintanya sampai mereka terlena dalam kenikmatan dunia.
Mereka berusaha mencari cinta sejati, namun jalan yang diambil sangatlah keliru. Mereka akan lebih dekat kepada Allah dengan cara menjalin tali kasih dengan orang pilihannya. Dengan dalih ; ”Justru semenjak menjalin hubungan menjadi merasa lebih dekat?”. Kita garis bawahi kata dekat ini, maksudnya yaitu menjadi rajin beribadah kepada Allah. Cara ini yang sering terdengar dikalangan kawula muda untuk menutupi jalinan tali kasihnya. ”Cinta sejati yang seharusnya dapat mendekatkan diri kepada Allah”. Seakan-akan mereka mendefinisikan ; jalinan kasih yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Hal inilah yang menjadi kekeliruan mereka, seharusnya ; mandekatkan diri kepada Allah dengan jalinan tali kasih yang berarti mencari ridho Allah dengan menjalin ikatan pernikahan. Karna pernikahan merupakan satu-satunya sarana yang diridhoi Allah untuk menyalurkan rasa cinta.
Cinta sejati yang dapat mendekatkan diri kepada Allah harus dibarengi dengan rasa tunduk dan patuh terhadap apa yang telah Allah turunkan. Khususnya mengenai cinta Allah telah mengaturnya. Kita dapat menyalurkan cinta yang dimiliki dalam rangka beribadah kepada Allah. Cinta yang kita salurkan benar-benar tulus karena Allah dan bukan berarti kita akan lebih dekat dengan Allah karena yang kita cintai.
Kita diberikan cinta oleh Allah. Maka cinta yang kita miliki mesti ada tolak baliknya terhadap Allah. Sesungguhnya manusia itu amat beruntung. Kita jual beli dengan Allah tanpa harus mengeluarkan modal sendiri. Kita sudah diberi modal oleh Allah Swt berupa potensi yang dapat kita rasakan setiap hari. Potensi dasar manusia yakni ; mata, hati dan pendengaran. Dengan modal inilah kita mampu menjual apa yang telah Allah perintahkan terhadap kita. Amal apakah yang kiranya laku untuk dibeli dihadapan Allah yang telah di lakukan oleh potensi kita.

Sebagai mana Firman Allah Swt ;

111. Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar. (QS. 9:111)

Kita di anugerahkan cinta oleh Allah Swt untuk dipergunakan sesuai dengan kehendak Allah tentunya. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, cinta merupakan fitroh manusia, namun cinta sejati seharusnya menuntun manusia untuk lebih dekat kepada Allah Swt.
Bukanlah cinta yang dapat menjurumuskan kita. Sering kali seseorang dengan dalih cinta untuk melegalkan sesuatu yang di haramkan. Tetapi yang paling banyak terjadi di kalangan pelajar adalah pacaran. Padahal didalam sejarah islam tidak ada yang namanya pacaran. Sungguh menarik perhatian seorang yang mengaku muslim tapi syari’at ini banyak di lalaikan.
Islam merupakan agama yang sempurna, yang menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya dengan petunjuk Al-Qur’an. Kita yakin tidak ada lagi kebenaran yang datang setelah Al-Qur’an. Maka apabila mendengar kebenaran dari Al-Qur’an janganlah ragu untuk menerimanya.
Untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cinta banyak yang dapat kita lakukan. Tapi mampukah kita untuk menghadapi berbagai macam rintangan yang datang bertubi-tubi ; seperti bacaan yang kita baca dan tontonan yang kita lihat, yang semua itu selalu mengumbar syahwat dan menyebabkan berbagai fitnah.
Masa remaja adalah masa yang sangat mudah ditipu dengan perasaan palsu. Mempunyai kecenderungan terhadap lawan jenis itu sudah menjadi suatu kewajaran. Mungkin pada saat ini merupakan ujian. Karna itu kita mesti sabar sampai nanti pada saatnya kita dipertemukan.
Allah berfirman :

30. Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. 24:30)


Remaja yang masih miskin pengetahuan (cinta) akan mudah terpengaruh dengan angan-angan yang bersifat tipuan. Dihati terasa indah jikalau orang yang dipuja selalu menyertai, hidup selalu berdua seakan-akan dunia hanya milik berdua.
Kecenderungan terhadap lawan jenis biasa dirasakan dengan hati berbunga. Perasaan inilah yang dapat menipu, dengan hati yang tertarik, ingin rasanya orang yang dicintai ada didepan mata. Setiap kali bertemu dengan ornag yang di cintai, mata ini tak lepas dari pandangannya. Dengan hanya memendangnya sudah dapat membuat hati nyaman.
Tipuan apalagi yang dapat di bayangkan dengan angan-angan yang tak tentu arahnya. Semua angan-angan inilah yang dapat menjerumuskan kita kedalm sesuatu yang diharamkan Allah Swt. Hati memang merasa berat tetapi aqidah yang dapat menentukan apa yang harus di lakukan. Hawa nafsu sebagai musuh utama menyarankan supaya kita jangan lepas dari pandangannya. Sebab kita sudah mempunyai keyakinan bahwa itu dilarang maka kita akan menunduk.
Kita mesti yakin bahwa kita memang orang yang bersungguh-sungguh beraqidah islam. Untuk itu kita lawan hawa nafsu ini dengan aqidah kita yang menjungjung tinggi hukum dan undang-undang Allah Swt.
Islam sudah mengatur dengan sempurna hidup dan kehidupan manusia. Salah satunya yaitu bagaimana cara kita untuk menyalurkan cinta terhadap lawan jenis. Jangan sekali-kali kita menyalurkan cinta yang dimiliki apabila belum waktunya. Aturan islam yang mengatur tentang tercintaan bisa dilaksanakan dengan jalan pernikahan.


Makna cinta

Cinta, satu kata apa maknanya? Dari mulai umat terdahulu sampai sekarang pengertian cinta tak habis-habisnya untuk di bahas. Cinta dari seorang yang baru merasakannya sampai kepada masa yang lebih tua sekalipun. Setiap masa dalam kisah cinta pasti mempunyai arti yang berbeda-beda. Cara menyalurkan cintanyapun beragam, dari masa remaja yang baru mengenal cinta dengan sikap pemalu sampai kepada taraf melamar. Sebenarnya cinta yang mana yang mereka akan hendaknya memaknai?
Didalam sebuah buku yang berjudul ”Hari Merah Jambu” karya Irawati. Beliau seorang anggota FLP (Forum Lingkar Pena). Tertulus dalam bukunya bahwa cinta adalah fitroh manusia, namun cinta sejati seharusnya menuntun manusia untuk lebih dekat kepada Allah Swt.
Cinta yang sudah menjadi fitroh manusia sudah menjadi kehendak Allah Swt. Allah memberikan cinta kepada hambanya supaya dapat menjalin ukhuwah islamiyah. Saling mengasihi, menolong dan menasehati dalam hal yang baik adalah wujud rasa cinta terhadap sesama makhluk. Semoga hal yang kita lakukan dengan menggunakan cinta ini syari’at yang semestinya. Sehingga dengan itu kita dapat lebih mendekatkan diri dengan Allah Swt.
Cinta adalah kondisi yang terjadi di luar kehendak kita. Ia bisa terjadi pada seseorang melalui pendengaran, penglihatan dan lain sebagainya. Menurut DR. Ramdhan Al-Bhuti, perasaan cinta tidak masuk dalam ruang lingkup hukum atau larangan agama yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf.
Cinta melalui pendengaran bisa saja terjadi pada seseorang dengan cara perkenalan melalui telephone. Akibat gaya bahasanya yang menarik bisa saja seseorang menjadi penasaran untuk ingin bertatap muka langsung hingga pada akhirnya merreka janjian untuk ketemuan. Dan disitulah terjadi transaksi langsung yang mereka menjadi berhubungan dalam ikatan cinta.
Cinta melalui penglihatan sudah tidak asing lagi, hampir setiap orang memahaminya. Seorang yang mencintai, lebih cenderung kepada penampilan yang di cintainya. Kalau orang biasa mengatakan ; ”dari mata turun ke hati”. Perkataan yang sering dikatakan oleh remaja sekarang. Dilihatnya seorang wanita cantik, langsung hati merasa tertarik. Kondisi ini mungkin pernah di alami oleh semua para remaja karna ini merupakan hal yang wajar.
Perlu di koreksi semua kebiasaan dan kewajaran yang selama ini kita alami, tak selamanya semua itu sesuai dengan syari’at. Bisa saja itu semua malah membuat kita menjadi semakin terbuai dalam rayuan iblisyang menyesatkan. Tapi semua itu kita rasakan tanpa beban dan terasa nikmat. ”Jangan membenarkan kebiasaan, tapi biasakanlah kebenaran”. Iblis membujuka rayu manusia kedalam nikmat yang sesaat. Hanya iming-iming kenikmatan semata, yang sebenarnya dapat menjauhkan kita dari Allah Swt. Dengan meninggalkan sebagian syari’atnya.
Bagi seorang muslim yang sejati, ungkapan; ”Dari mata turun ke hati. Merupakan perkataan yang keliru”.Memang itu merupakan fitroh, tapi kita jangan sepintas untuk memaknainya. Seharusnya ; ”Dari mata naik ke otak dan di tetapkan oleh hati”. Pasalnya pandangan yang kita lakukan harus kita bandingkan terlebih dahulu dengan ketentuan syari’at. Sebaiknya kita berfikir terlebih dahulu, apakah ini di perbolehkan atau tidak? Dengan ini insyaAllah kita tidak akan terbuai dalam rayuan iblis. Sebagai batasannya kita jadikan Al-Qur”an sebagi barometer.
Imam Ibnu Hazm dalam bukunya ; ”Thauq A-Hamamah, cinta adalah kecenderungan hati seseorang terhadap wanita (lawan jenis). Dimasa fubertas kejadian ini bisa terjadi dengan sendirinya. Berkaitan dengan ungkapan DR Ramdhan Al-Buthi, cinta yang terjadi di luar kehendak kita. Meskipuna perasaan kecenderungan terhadap wanita terus manghampiri kita, tetapi jangan dijadikan alasan untuk kita menyalurkan hubungan yang tergesa-gesa sambil memberi jandi serta mempertahankan mimpi dan khayal.
Ada cerita dari seorang mahasiswi yang telah mengalami kegagalan cinta pertama. Di mulai mengalami gejolak cintanya pada waktu pertama kali kuliah. Ketertarikannya dia kepada seorang laki-laki membuat hati jadi tidak tenang. Di waktu melamun dia selalu memikirkan orang yang di cintainya. Jikalau bertemu selalu memandangnya dengan penuh harapan. Padahal laki-laki yang dicintai tidak tahu bahwa perempuan itu mencintainya.
Berbulan bulan telah berlalu, perasaan wanita itu tak ubahnya begitu. Terlalu sering bertemu, kemudian bercakap-cakap, hingga pada akhirnya mereka mempunyai ikatan cinta. Pada waktu rasa cintanya yang sudah lama terpendam dan kini dapat terungkap pada sasaran yang tepat, hatinya begitu bahagia sampai mengeluarkan air mata. Hubungan mereka dijalaninya dengan keadaan hati yang begitu berbunga-bunga. Sekian lama kisah mereka jalani, kemudian wanita itu memperkenalkannya kepada kedua orang tuanya. Sayang, orang tuanya tidak menyetujuai hubungan mereka. Hatinya menjadi merasa tertekan, jiwa yang tenang menjadi tergoncang.
Masyarakat yang ada pada lingkungannya pun tidak mendukung. Kisah asmara gadis berjilbab yang mempunyai wajah manis ini mulai bebalik arah. Semua angan-angan dan harapan tidak sesuai lagi dengan yang di inginkan. Semua kejadian pahit yang ada di lingkungannya diceritakan kepada sang pujaan hatinya. Dia seorang pria yang arif memahami keadaan kekasihnya.
Dengan nada merayu pria itu berkata ; ”jangan bersedih kekasihku aku akn selalu ada di sampingmu”. Dengan begitu dia akan selalu setia padanya bahkan akan melamarnya. Hati gadis yang malang kini mulai terhibur kembali dengan cara sembunyi-sembunyi, mereka mempertahankan hubungannya. Sampai tiba waktunya mereka lulus dan menjadi sarjana.
Pria yang di cintainya ternyata pergi keluar negeri untuk melanjutkan belajarnya tanpa sepengetahuan sang kekasih. Jelas hati gadis itu terasa sangat terpukul. Air matanya berlinang membahasi pipi. Hampir setiap hari dia mengurung diri di kamar sambil menangis. Sepintas kejadiannya masa lalu ada dalam pikirannya. Tapi sekarang hanya tinggal kenangan semata.
Sungguh diluar dugaan, kejadian yang menimpa dia sulit diterima sebagai kehendak Allah Swt. Gadis itu menjadi stres dan frustasi. Hati yang amat terpukul merasa tidak rela dengan kejadian yang menimpanya. Pikiran yang aneh-eneh mulai hinggap di otaknya. Utung dia tersentuh oleh cahaya agama. Dengan keimanannya dia bentengi fikiran-fikiran yang menyesatkan.
Apakah ini cinta ?
Hubungan yang dulu di jalin dengan penuh rasa cinta kini hanya tinggal kenangan semata. Dengan hubungan yang tergesa-gesa sambil memberi janji serta mempertahankan mimpi dan khayal. Seorang pria yang dulu telah berjanji dengan penuh kepastian kini meninggalkannya. Perasaan ini membuat gadis malang itu seakan-akan tidak mempercayai seorang lelaki lagi. Yang ada dalam fikirannya hanyalah ; ”menganggap bahwa semua lelaki semua sama”. Sikap yang belum bisa menerima kenyataan adalah wajar, karna karna masih diliputi rasa was-was dan ketakutan. Pikiran-pikiran negatif yang singgah diotaknya akan selalu ada selama masih diliputi rasa was-was dan ketakutan. Bersyukur, ternyata Allah masih memberi jalan bagi gadis itu. Ia tidak terjerumus berlarut-larut dalam kesedihan.
Kenangan pahit yang menimpanya mulai dilupakan dengan mengisi waktu luangnya untuk kegiatan yang berguna. Di mulai dari senam kesegaran jasmani, membaca buku dan lain sebagainya. Setiap seusai shalat wajib dia tak pernah telat untuk membaca Al-Qur’an.
Pekiran romantis yang menganggap dia adalah segalanya merupakan pemikiran yang berlebihan dan mungkin akan juga berbahaya. Begitu juga yang terjadi pada seorang gadis yang sudah tersentuh virus cinta semua janji serta mempertahankan mimpi dan khayal menjadi kebiasaan seseorang yang mulai jatuh cinta. Padahal semua itu hanyalah pikiran yang berlebih-lebihan yang akan menjerumuskan kedalam tipu daya syetan.
Seorang muslim yang benar-benar berpegang teguh kepada aqidan islam dengan sungguh-sengguh serta di barengi hati yang ikhlas, tidak akan mudah tertipu dengan bujukan hawa nafsu. Walaupun nafsu ini berkata ; ”pandanglah” tapi aqidah berkata lain ; maka seorang yang mempunyai aqidah , kita harus mengikuti akidah yang kita miliki ; ”tundukkanlah”,.... dan kemudian kita menunduk.


Perasaan Cinta

Pembahasaan kali ini, kita coba aplikasikan kepada seorang muslim yang sebenar-benarnya muslim. Bagaimana jika seorang muslim jatuh cinta? Apakah ini termasuk kedalam dosa? Mungkin pertanyaan ini sedikit memutarkan fikiran. Seorang muslim yang sudah mengetahui bahwa pacaran itu dilarang ! tapi dia sendiri mengalami jatuh cinta. Tentunya perasaan cinta terhadap lawan jenis.
Bagaimana kita menemukan jalan lurus untuk menemukan kebenaran yang harus kita pegang. Disisni terjadi pertempuran antara hawa nafsu dan aqidah. Tapi sebenarnya tidak begitu. Sudah menjadi kewajaran bagi tiap-tiap insan mempunyai kecenderungan terhadap lawan jenis.
Apakah perasaan ini termasuk kepada ruang lingkup hukum atau larangan dalam agama? Tentunya tidak. Seperti sudah di bahas sebelumnya ; menurut DR Ramdhan Al-Bhuti ”bahwa perasaan cinta terjadi diluar kehendak kita. Jadi tidak berdosa bagi seorang insan mengalami perasaan cinta karna ini adalah fitroh manusia. Sebagai mana yang di terangkan oleh Rosululloh :

”sesungguhnya Allah mengampuni apa-apa yang terdetik dalam hati umatku, selama mereka tidak bicara atau melakukannya”.
(HR. Muslim)

Teranglah sekarang fikiran kita mengenai hal yang selama ini membingungkan. Selama perasaan cinta tidak di ungkapkan apalagi dilakukannya tidak akan berdosa bagi seorang muslim yang mengalami jatuh cinta. Allah telah mengampuni apa-apa yang ada dalam hati kita, khususnya kecenderungan terhadap lawan jenis.
Adapun nanti perasaan cinta seorang muslim dapat mereka bicarakan dan melakukannya dengan jalan pernikahan. Pernikahan adalah sarana yang halal dalam menyalurkan rasa cinta. Bagi seorang muslim yang cukup umur jangan terlalu difikirkan mengenai pernikahan, nanti juga apabila sudah ada amanahnya akan mengalminya.
Satu hal lagi yang jadi persoalan ; ”Bagaimana kalau kita mengingkari rasa cinta yang kita miliki?” . Bisa saja ini terjadi pada orang yang awam, dengan alasan untuk menjaga pandangan dan hawa nafsu, dia menjadi benci terhadap perasaannya sendiri. Bahkan mungkin, bisa saja dia menjadi membenci terhadap wanita.
”Apa yang harus di lakukan?”. Allah memberikan aturan kepada hambanya tidak mungkin yang dapat menyiksa diri hambanya. Hal tersebut tentunya merupakan hal yang berlebihan dan menyiksa diri sendiri yang telah mengingkari anugrah Allah Swt.
”Cinta itu anugrah, jangan mengingkarinya”. Mungkin ungkapan ini yang dapat menjadikan rujukan untuk menghilangkan kekeliruan dalam hati kita. Cinta itu datang di luar kehendak kita, jadi sulit bahkan tidak mungkin untuk menghilangkannya karna bukan keinginan kita. Sekarang yang dapat kita lakukan janganlah membuat bingung apabila kita dihinggapi perasaan cinta. Biarkanlah rasa cinta hinggap di hati kita namun kata rosul ”tidak berbicara atau melakukannya”. Dengan ini maka kita terhindar dari dosa (pandangan khususnya).
Sikap kontra terhadap perasaan diri sendiri adalah wajar karna sesua dengan terhadap fitroh, jangan menimbulkan berdosa yang membuat pelakunya tertekan. Jelaslah sekarang pada kita kebenaran yang mana harus kita pilih, antara keinginan hawa nafsu atau aqidah islam. Perasaan dan sikap yang selama ini kita lakukan dapat mencerminkan dengan aqidah yang dulu telah di perjuangkan oleh orang-ornag suci.
Islam mengatur perundangan kepada seseorang yang sedang jatuh cinta, untuk tidak menyalurkan cintanya hingga pada saatnya. Dimana kita bertemu lawan jenis dan merasa kecenderungan terhadapnya adalah suatu hal yang wajar, jangan kita mengingkarinya. Perasaan cinta yang tidak bisa dihindarkan jangan kita bersikap kontra terhadap diri sendiri yang dapat menimbulkan perasaan berdosa dan merasa tertekan. Selama kita tidak bicara dan melakukannya Allah akan mengampuni kita karna perasaan ini bukan kehendak kita ; ”Dicari tak ketemu, dan di tunggu tak menjadi datang”.
Banyak cinta yang dimaknai oleh remaja sekarang sebenarnya adalah cinta yang di perankan oleh orang –orang barat. Banyak kawula muda yang bingung dalam memilih antara budaya dan peradaban islam, atau memilih budaya dan peradaban barat, menakah yang harus mereka pilih?
Jika memilih islam, apa yang harus ia lakukan dalam menghadapi dalam berbagi macam godaan yang datang bertubi-tubi ; seperti bacaan yang ia baca dan tontonan yang ia lihat, yang semua itu selalu mengumbar syahwat dan menyebabkan berbagi fitnah. Untuk mencapai kepada puncak kebenaran yang sejati di butuhkan pengorbanan yang besar ; seperti meninggalkan orang yang kita cintai. Menuju kebenaran itu bagaikan kita mendaki gunung dengan puncak yang begitu tinggi dan dipenuhi hutan belantarayang didalamnya terdapat binatang-binatang buas yang siap menerkam mangsanya yang lengah.
Hutan belantara yakni kehidupan yang ada di lingkungan kita dengan di penuhi kejahiliahan manusia. Dimana manusia-manusia bagaikan binatang buas, yang lemah di tindas oleh yang lebih kuat, yang miskin semakin miskin dan yang kaya semakin kaya. Berlakunya hukum rimba dalam kehidupan ini membuat para penguasa semakin berkuasa. Secara tidak langsung, kita sebagai seorang rakyat sebenarnya telah di sembelih oleh para penguasa yang dzolim. Dengan mengatasnamakan rakyat, mereka dapat harta yang melimpah.


Hari Merah Jambu

Sebuah ungkapan yang sering di peringati sebagai simbol dari kasih sayang. Sebagai pacar yang mengerti selalu memberikan barang yang berupa coklat kepada pacarnya. Menurut dia itu merupakan simbol sebagai bukti dari rasa cintanya kepada sang pacar. Kebahagian tersendiri coklat yang dia terima khusus pemberian dari sang pacar. Valentine Day bertepatan pada tanggal 14 Februari adalah hari keramat bagi budaya barat untuk membuktikan rasa cintanya.
Colat adalah simbol dari hari merah jambu, mengapa harus coklat? Pertanyaan cukup menarik. Di barat sana hari keramat ini merupakan waktu yang tepat untuk di jadikan hari yang khusus untuk sang pacar. Coklat sebagai simbol tak lepas dibawanya pada hari ini untuk diberikan kepada sang pacar. Hari yang penuh kasih sayang katanya.
Coklat yang menjadi simbol merupakan peluang bisnis bagi seorang bussinesman. Budaya pemberian coklat ini terus di kembangkan oleh satu pihak demi kelancaran bisnisnya. Dengan cara mendirikan pabrik-pabrik coklat, mereka selalu meraih keuntung yang sangat besar khususnya pada hari keramatnya.
Sungguh tidak di sangka sebelumnya, bahwa di balik itu semua ada permainan politiknya. Dengan mengembangkan budaya Valentine ternyata mereka ingin terus lancar bisnis coklatnya. Sekarang kita tahu salah satu alasan mengapa coklat yang harus di jadikan sebagai simbol. Budaya barat ini kemudian terus berkembang ke seluruh negri. Sampai kepada seorang yang mengaku dirinya Islampun terkena tipu dayanya.
Budaya barat sering ditiru orang islam tanpa harus tahu sejarahnya. Diketahui banyak orang Islam yang terpengaruh oleh budaya Valentine ini. Dengan tanpa fikir panjang mereka tertarik melihat kebanyakan orang memeriahkan budaya itu.
Ada orang yang mengerjakan suatu dalil dan ada pula yang mendalili suatu pekerjaan. Kedua makna tersebut apabila diartikan sangat bertolak belakang. Mendalili suatu pekerjaan pekrjaan merupakan hal yang mudah. Tetapi menjalankan suatu dalil sangatlah sulit. Coba fikirkan ada seseorang yang mempertahankan suatu pekerjaannya dengan berbagai macam dalil. Tetapi semua itu ia kerjakan semata untuk menguntungkan dirinya sendiri. Apabila dia mendengarkan suatu dalil yang tidak sesuai dengan keinginannya meka ia tolak. Orang macam inilah yang di sebut dengan orang ”Fasiq”. Mereka hanya menjalan dalil apabila itu sesuai dengan selera mereka, apabila tidak sesuai mereka tolak.
Gambaran seperti itu dapat diterapkan kepada seseorang yang memeriahkan hari Valentine dengan dalih hanya memberi sedekah ataupun kepada seseorang yang pacaran dengan dalih Ta’arruf (perkenalan). Mereka mempertahankan itu semua dengan sebuah dalil dari Al-Kitab. Mengapa mereka menjalankan dalil hanya sebatas itu saja? Buktinya banyak dalil-dalil yang mereka tinggalkan disebabkan karena tidak sesuai dengan mereka. Sedang kan dalam menjalankan perintah Allah haruslah menyeluruh, tidak boleh varsial (sebagian-sebagian). Orang-orang fasiq telah Allah tetapkan mereka sebagai penghuni neraka.
Menarik perhatian juga yang cukup menggelitik. Budaya Valentine ini sebenarnya kebiasaan ornag nasrani tapi mengapa harus ditiru bagi seorang muslim. Kalau kita ketahui bahwa Valentine adalah sebuah nama pendeta yang mati karena sering kali menikahkan pasangan-pasangan muda secara rahasia. Sampai peristiwa itu terdengar oleh sang kaisar. Kelakuan Saint Valentine kemudian di tentang oleh kaisar Claudius. Oleh sebab itulah Paus Gelasius menetapkan tanggal 14 Februari sebagai peringatan cinta kasih untuk menghormati Saint Valentine. Budaya inikah yang sering di tiru oleh seorang islam?
Muslim yang budiman. Janganlah kita biarkan budaya dan peradaban yang selama ini telah diperjuangkan oleh Rosululloh dan para sahabatnya kita kotori dengan budaya barat yang tidak tentu arahnya.


Cinta = Pacaran Benarkah?

Problem yang menjadi pertentangan. Pembahasan ini pasti menimbulkan pro-kontra. Satu kelompok erasa benar begitu juga kelompok lainnya. Tetapi tetap kebenaran hanyalah satu yakni milik Allah Swt.

Sebagaimana firman Allah Swt ;

147. kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu Termasuk orang-orang yang ragu. (QS. 2:147)

Bagi siapa saja yang merasa tersinggung jangan menjadi sakit hati. Justru ini adalah ajang untuk memperluas wawasan kita mengenai cinta. Banyak kawula muda yang masih miskin pengetahuan (cinta) terpengaruh dengan angan-angan yang bersifat tipuan. Untuk itu dengan menambah wawasan mengenai cinta, kita sudah dapat membentengi angan-angan yang dapat menipu kita.
Seorang insan yang sedang pacaran pasti hatinya dipenuhi perasaan cinta. Cinta mereka yakni kecenderungan terhadap lawan jenis. Sebelumnya saya mohon maaf jikalau bahasan ini terlalu radikal. Tetapi itu semua pasti ada batasannya, kita sekarang sepakati batasannya yaitu Al-Qur’an.
Pacaran adalah cinta yang di salurkan dengan salah kaprah. Dengan dalih cinta, kadang-kadang pacaran jadi melegalkan yang tidak diperbolehkan sebelum menikah. Berkaitan dengan Islam, jangan anggap bahwa semua ini adalah kejam. Tidak begitu sebenarnya, Islam sangat menghargai perasaan cinta. Bahkan menjunjung tinggi cinta, dengan tidak menganggap bahwa cinta itu adalah hal yang rendah.
Semua yang diturunkan kepada manusia tentunya Allah menyertainya dengan aturannya. Mengenai cinta ini Allah membuat aturannya yaitu dengan jalan pernikahan. Pernikahan adalah sarana yang halal dalam rangka menyalurkan perasaan cinta.
Pacaran merupakan langkah awal untuk melakukan hubungan di luar nikah. Oleh sebab itulah didalam islam tidak di contohkan mengenai pacaran.

Sebagaimana firman Allah ;

32. dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. (QS. 17:32)

Didalam ayat ini Allah mengimbau kepada manusia untuk tidak mendekati zina. Kita ketahui, untuk mendekatinya saja dilarang apalagi untuk berbuatnya. Kekhwatiran inilah yang sering terjadi dimasa remaja yang sudah mulai berani pacaran. Sulit di ingkari rasa khawatir ini terjadi di lingkungan kita. Di Bandung saja, sesuai dengan data dan fakta team pananggulangan penyakit AIDS, hampir 30% (tiga puluh persen) pelajar setingkat SMP sampai SMA sudah hilang keperawanannya. Semua itu hampir semua keseluruhannya di sebabkan dari pacaran. Memang awalnya mereka hanya berani untuk bercakap-cakap hingga terus meningkat hingga pada akhirnya mereka kehilangan control. Itulah hebatnya syetan, dengan menggoda dari hal-hal yang terkecil akhirnya menjadi hal yang besar.

Seperti kisah berikut ini :
Di zaman dahulu, ada tiga bersaudara yang hendak pergi beperang. Mereka kebingungan, karena mereka mempunyai seorang adik perempuan yang akan ditinggal pergi. Kepada siapa mereka akan menitipkan adiknya itu, karena kedua orang tua mereka sudah meninggal dunia. Tiga saudara itu kemudian berunding, akan dititipkan kemana adiknya itu. Setelah beberapa lama mereka beritjtihad, akhirnya mereka menemukan jalannya juga. Dari kaka tertua mengeluarkan pendapatnya ; “kita titipkan saja adik kita kepada si Pulan karena dia terkenal orang yang paling soleh di kampong ini dan ia tidur ia pun selalu menghabiskan waktunya di dalam mesjid”. Usul itupun kemudian menjadi hasil akhirnya. Sehari kemudian adiknya di titipkan. Tapi si Pulan tidak lantas menerimanya, ia takut akan terjadi apa-apa pada adik tiga saudara itu. Dengan kata-kata yang indah tiga bersaudara itu membujuk si Pulan untuk dapat menerima amanatnya. Akhirnya si Pulan juga menerimanya.
Seminggu kepergian tiga kakanya, si Pulan biasa mengirimkan makanan kepada perempuan yang di amanatinya. Maklum si Pulan taat terhadap agama, ia memperlakukan perumpuan itupun sesuai dengan syari’at. Perempuan itu tinggal di sebelah rumah si Pulan lumayan agak jauh tapi dekat dengan mesjid dimana si pulan menunaikan shalat lima waktu.
Pertama si Pulan memberi makan kepada perempuan itu hanya membawa makanan kepada rumahnya kemudian mengetuk pintu, apabila terdengar jawaban si Pulan kemudian menyimpan makanannya di dekat pintu dan langsung pergi. Berhari-hari ia biasa melakukan seperti itu. Suatu saat syetan berbisik ; “jangan hanya seperti itu wahai pulan itu tidak sopan, lain kali lihat dulu wajahnya sebentar kemudian pergi”. Si Pulanpun melakukan apa yang dibisikan syetan. Dilihatnya tipuan itu berhasil syetanpun membisikan kepada hal yang lebih meningkat ; dari sekedar melihat wajahnya, terus mengajaknya bicara, mengajaknya istirahat sebentar di rumah perumpuan hingga pada akhirnya si Pulan di bisik supaya melakukan zina. Tipuan inilah yang kemudian menipu si Pulan terjerumus kepada lubang kehinaan.

Dari kutipan cerita tadi, kita dapat menyimpulan ; ternyata syetan mengajak manusia dari hal yang dianggap remeh dulu. Kemudian meningkan kepada hal yang besar. Begitu juga dengan pacaran, memang pacaran merupak hal yang dianggap biasa tapi itu semua dapat menjadi luar biasa. Dimulai dari pandangan kemudin turun kehati lalu diungkapkan melalui mulut hingga pada akhirnya pada perbuatan zina.
Jangan jadikan rasa cinta yang kita miliki sebagai hal yang rendah, cinta yang diberikan secara murah. Sungguh cinta dalam pandangan Islam adalag hal yang tinggi derajatnya. Maka peliharalah rasa cinta yang suci ini untuk menjadikan kita lebih dekat kepada Allah dengan selalu taat terhadap perintahnya. Rasa cinta yang dapat menyelamatkan kita di dunia dan akherat. Janganlah rasa cinta kepada mekhluk melebihi rasa cintanya kepada sang kholik.


Pilih Lelaki shalih

”SESUNGGUHNYA telah kami tulis di dalam Zabur (kitab-kitab yang kami turunkan) sudah tercantum (pada Lauhul Mahfudz) bahwasanya, bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hambaku yang shalih”. (Qs. Al-Anbiya, 21:105)

Dimikianlah, hamba-hamba Allah yang shalih, baik lelaki maupun peremuan, telah di iktiraf (di umumkan) akan menjadi ahli waris terhadap bumi dengan segala perlengkapannya. Begitu titah ilahi yang tiada keraguan padanya. Namun kenapakah pada hari ini, di zaman yang di katakan sebagai kemajuan, justeru oarang-orang kafir, dzalim, munafiq dan fasiq yang memegang teraju pentadbiran di muka bumi. Itu sudah jelas, artinya mereka telah merampas hak waris dari orang-orang shalih.
Ke mana perginya orang-orang shalih itu, sehingga membiarkan harta warisannya dirampas orang? Mungkinkah mereka sedang bermesraan dengan dunia, sehingga mereka lalai dan keshalihan mereka berangsur-angsur jatuh tergelincir, jatuh tercicir dan diganti dengan gelaran orang-orang ghafil (lalai)?
Orang-orang yang asyik berdzikir, menghitung biji tasbeh yang beribu-ribu setiap hari, sehingga ia lupa dengan tugas-tugas kehidupannya secara menyeluruh, pendidikan dan nafkah dengan cara islam, terhadap anak istri terabaikan, dan ia memandang sendiri dunia ini sebagai tempat penyiksaan terhadap muslim, sehingga ia ingin segera menuju ke akherat, ia tidak mau menyusun program untuk menata dunia ini dengan islam, sebab ia merasa sudah menjadi calon ”WALI ALLAH”. Maka ia juga termasuk orang-orang yang lalai, bukan orang-orang yang shalih. Seolah-olah bila seorang sudah mencapai taraf wali, ia sudah tidak perlu bekerja lagi, tinggal menunggu di mihrab masjid ataupun di bilik tidur, makanan dan segala keperluannya akan datang dengan sendirinya, seperti yang di alami oleh maryam, Ibunda Nabi Isa as. Orang-orang seperti ini banyak kita temui pada hari ini, tasbih saja yang selalu bergerak-gerak di tangan, mulut komat-kamit rokok pun digerak-gerakan oleh tangan yang sama, sehingga jari tangan berwarna aneh, hitam kekuning-kuningan kerena setiap saat mengisap peluru berpandu jarak dekat, yang selalu mengeluarkan asap beracun untuk memusnahkan diri sendiri dan orang di sekitarnya.
Baaimana pula dengan orang-orang yang memiliki sorban besar dan jubah panjang, ia suka menjadi hakim, qadi, dan mendapat gaji dari kerajaan yang tidak menjalankan pemerintahkan bersumberkan Al-qur’an dan As-sunah, maknanya ia masih suka dengan kerajaan yang menentang undang-undang Allah. Mungkinkah ini ciri-ciri lelaki shalih? Demi Allah, dalam terminologi islam, tidak ada orang shalih yang seperti itu.
Mari kita mengarahkan pandangan ke kampus-kampus perguruan tinggi dan di lembaga-lembaga ilmiyah, maka kita menemukan sarjana-sarjana muslim profesional, Doktor, Master dan pelbagai gelaran-gelaran akademis. Tetapi bagaimanakah kehidupan pribadi dan keluarganya? Niscaya kita akan terkesima menyaksikan kenyataan yang sungguh kontradiksi dengan keyakinan agamanya. Anak dan istrinya tidak mengamalkan islam dalam hal berpakaian, rizkinya di ambil dari gaji kerajaan yang mempermain-mainkan islam, duitnya di simpan dalam bank-bank yang menghasilkan riba, hari demi hari ia bergelimang dalam dunia ilmiyah, tanpa menyiskan waktu untuk berpikir tentang pelaksanaan syari’ah agamanya. Bagaimana mungkin semua ini bisa terjadi, padahal kita sudah mendengar seorang khalifah islam, Umar bin Khattab, pernah berkata :
”Kami meninggalkan sembilan puluh persen dari yang halal karena khawatir jatuh kepada syubhat atau kepada yang haram”.
Bagaimana semua ini bisa terjadi dan menimpa cendekiawan-cendekiawan muslim pada hari ini? Sebab kaidah ilmiyah yang digunakan bukan lagi kaidah Al-Qur’an dan Sunah, tetapi kaidah hawa nafsu yang dibingkai sedemikian rupa oleh perampas-perampas hak waris (bumi) orang-orang shalih. Jangankan yang halal ataupun yang syubhat, harta yang harampun di usahakan untuk dihalalkan. Demikianlah zaman yang dianggap maju. Anda akan di tertawakan orang, jika menolak sistem bank moderen yang berlaku sekarang, sebab amalan riba itu telah menjadi anutan masyarakat muslim. Telah banyak tokoh-tokoh ilmiyah menghalalkan serta melahirkan propaganda, bahwa bank-bank moderen hari ini sama sekali tidak kena mengena dengan riba. Malah tidak ada salah sama sekali jika seorang muslim mendirikan Bank-Bank swasta untuk bekerja sama institusi-institusi riba di seluruh dunia.
Pernyataan ilmiyah dari Umar bin Khattab ra. diatas telah bertolak belakang dengan amalan muslim hari ini. Umar bin Khattab, tidak perlu diragukan lagi, adalah jenis manusia langka yang mencapai derajat ke shalihan paling tinggi, dan beliau telah menjadi pemimpin dunia islam sebagai Khalifah yang kedua setelah Abu Bakar As-Siddiq. Sedangkan tokoh-tokoh masyarakat muslim hari ini rata-rata hanya menjadi pelengkap penderita (maf’ulun bihi) dari sistem jahiliah moderen. Mereka diberi kebebasan palsu untuk berbicara tentang islam, tetapi tidak boleh keluar dari cengkraman musuh. Segala perkara penting yang akan dilakukan mesti meminta pembenaran dari pihak musuh. Beginikah sikap orang yang shalih? Saya yakin inilah sikap orang yang salah, walaupun ia tergolong pemimpin-pemimpin gerakan islam.


Potret Keshalihan

Pada zaman nabi Muhammad Saw. Dahulu, orang-orang shalih itu dapat di ketahui dengan pemberitahuan dan pengiktirafan dari Allah, baik secara langsung melalui turunnnya ayat Al-Qur’an maupun hadast Rosululloh Saw. Ada kalanya dengan perkataan Nabi, perbuatan, ataupun dengan tekrir (diam/persetujuan) beliau. Bahkan beberapa sahabat yang di jamin masuk syurga, atau yang mendapat rekomendasi, bahwa sepeninggal Rosululloh Saw. mereka pantas untuk di ikuti, seperti misalnya rekomendasi yang diberikan kepada dua orang sahabatnya, Abu Bakar dan Umar. Atau dengan cara lain yang mana Nabi mendengar bunyi trompah Bilal bin Rabbah di dalam syurga, atau ada orang yang ditunjuk langsung sebagai penghuni syurga, ada juga yang ditunjuk cirri-cirinya dan kemudian muncullah orangnya di hadapan mejelis Nabi yang di kelilingi oleh para sehabat. Sedemikian jelas orang-orang shalih itu boleh di temui dan di lihat seperti cendawan tumbuh, dan memang pada masa itu sedang suburnya situasi dan kondisi keshalihan, orang berlomba-lomba sekuat tenaga untuk mencapai derajat-derajat kashalihan.
Kemudian setelah orang yang paling shalih di dunia ini yakni Rosululloh Saw. wafat, dan orang-orang yang mendapat jaminan oleh beliau juga turut berpulang kerahmatullah, habislah orang-orang yang secara langsung boleh dipastikan sebagai orang yang shalih. Lantas apa yang masih tertinggal? Bagaimana mengetahui siapakah yang shalih atau sebaliknya? Sedangkan tempat bertanya untuk merujukan perkara itu secara pasti sudah menetap di perut bumi.
Pelbagai pendapat dan pandangan mengenai orang-orang yang shalih yang sudah tentu penilaian itu tidak terlepas dari kepentingan manusia yang memberikan penilaian. Lihatlah bagaimana penilaian para ulama hadist tentang perawi-perawi hadist yang pada masa pengumpulan hadist berlaku, tentu terjadi perbedaan pendapat mengenai derajat keshalihan dan kaidah suatu hadist. Meskipun di peroleh pendapat terbanyak sebagai sesuatu yang boleh di pegang, tetapi ia bukanlah merupakan sesuatu kepastian. Semuanya adalah pendapat manusia yang tidak ada jaminan langsung dari Allah dan Rosul-Nya. Maka tepat sekali kesimpulan para ulama hadist yang meletakan ukuran utama tentang shahih dan tidaknya suatu hadist berdasarkan matan (isi) hadist yang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadist yang secara pasti diyakini keshahihannya. Sedangkan ukuran para perawi yang terdiri dari manusia biasa adalah ukuran selanjutnya untuk membantu meneliti kebenaran suatu hadist. Apa yang penting di sini, ialah ukuran kebenaran utama tentang keshalihan seseorang adalah berdasarkan rumus-rumus wahyu yang ada di dalam Al-Qur’an, dan rumus-rumus yang ada didalam hadist-hadist Nabi Saw., sama sekali bukan disandarkan kepada pendapat manusia, yang mungkin benar dan mungkin salah.
Apa yang dapat dipandang sebagai sesuat yang istimewa dalam perkara ini adalah “Rumus-rumus Al-Qur’an dan Hadist” yang merupakan sumber pokok sebagai kebenaran mutlak dan system yang syumul (menyeluruh). Dia tidak mudah untuk di palsukan orang dan ia sesuai dengan fitroh manusia dan fitroh alam semesta. Bila kita ingin mengetahui bagaimana orang yang shalih , maka tidak lain adalah manusia yang boleh mengamalkan Al-Qur’an maupun As-Sunnah secara menyeluruh. Karena wahyu itu sendiri tidak memiliki kecacatan, baik itu Al-Qur’an maupun Al-Hadist, meskipun Al-Hadist masih di pertikaikan orang atau setidak-tidaknya terdapat perselisihan pendapat mengenai sanadnya, hingga kadang-kadang ada pihak yang menshahihkan suatu hadist, dan ada pula yang mendhaifkan, atau terdapat perbedaan keshahihan dan tingkatan kedhaifan serta terjadinya perbedaan pandangan mengenai beramal dengan hadist dhaif. Namun perkara ini menjadi selesai, apabila kita mengambil pertimbangan kedua dari sisi matan yang bertentangan dengan matan (isi) wahyu Allah.
Kesimpulan wahyu ilahy yang sesuai fitrah manusia tadi telah terhidang di hadapan kita tanpa cacat cela sedikitpun, lengkap dengan teori-teori penerapan. Inilah dia petunjuk yang lengkap yang besesuaian dengan fitrah manusia, yang diperintahkan Allah untuk mengamalkan teori tersebut dengan penuh istiqomah. Tidak ada jalan untuk menyimpang sedikitpun, dan ketiadaan kemungkinan ini telah ditegaskan oleh Rosululloh Saw. :
“Aku tinggalkan kamu dalam keadaan terang benderang dimana malamnya seperti siangnya, tidak akan tergelincir daripada sesudahku kecuali orang-orang yang CELAKA.” (HR. Hakim, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ahmad)
Hanya orang-orang yang celaka saja yang tergelincir daripada islam yang agung ini, dan diulang-ulang perkataan CELAKA agar tidak termasuk dalam golongan si celaka itu.
Islam yang agung dan sesuai dengan fitrah merupakan dasar pijak yang kokoh, bahwasanya orang yang shaleh adalah orang yang dapat beramal menerusi keagungan dan kecermelangan islam dan berdiri pada fitrahnya sendiri. Manusia yang seperti ini adalah manusia yang tidak memiliki cacat cela, kalau terjadi kecacatan karema kelalaian, bukan karena adanya kesengajaan untuk kecacatan, maka dengan dzikir dan istigfar kecacata segera di hapuskan oleh Allah. Dia berdzikir dan beristigfar terus menerus, sehingga ia boleh berada dalam kecemerlangan sampai datangnya maut. Berbeda halnya dengan orang yang telah membuang kecacatannya dengan cata taubatan nasuha, yaitu meninggalkan dosa-dosa atau maksiat tanpa berkeinginan untuk mengulanginya lagi.
Adapun cara taubat irang-orang yang mengolok-olok islam, bukanlah pekerjaan orang yang shalih. Biasnya cara ini diamalkan oleh orang yang suka meringan-ringankan amal islam. Yaitu, mereka yang terbiasa mengamalkan dosa-dosa kecil, yang lama-kelamaan menjadi besar, baik dikalangan orang-orang biasa maupun dikalangan pimpinan.
Oleh karena itu, tidak ada keraguan sedikitpun bahwa baik tidaknya seorang muslim atau shalih tidaknya seorang muslim adalah baik keseluruhannya, bukan baik sebahagiaannya saja; baik dari ujung rambut sampai keujung kaki, tidak mempunyai unsure-unsur kedosaan, selalu bersiap siaga, berjaga-jaga terhadap serangan-serangan iblis dan bala tentaranya, barulah akan terjadi iblis takut mendekati orang tersebut, ia akan menghindar sebagaimana yang pernah terjadi terhadap Umar bin Khattab, Abu Bakar As-sidiq, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan masih banyak lagi yang mana semuanya mereka itu bukanlah orang-orang yang maksum seperti Rosululloh Saw.

Mat MUN_D







Penutup

Cinta pada dasarnya merupakan kecenderungan terhadap lawan jenis. Orang yang memiliki cinta adalah orang-orang yang normal karena cinta merupakan fitroh manusia. Mereka yang mempunyai kecenderungan terhadap lawan jenis, harus mampu mengambil keputusan yang tepat. Harus mampu mengontrol emosional dari keinginan hawa nafsu dengan batasan-batasan yang telah digariskan terhadap mereka. Terserah mau pilih yang mana? Antara keinginan yang menyesetkan ataukah yang akan menyelamatkan mereka yang keduanya pasti mengandung konsekuensi.
Karakteristik orang yang sedang mengalami jatuh cinta dapat dilihat dari sifat dirinya. Perubahan penampilan salah satu tanda yang mencolok dalam menilai orang yang sedang mengalami jatuh cinta. Dalam diri remaja yang sedang mengalami masa fubertas , untuk mandorong semangat dan kemampuan mengendalikan cinta dalam diri mereka. Oleh karena itu, buku ini dapat dijadikan salah satu petunjuk untuk membentuk watak atau karakteristik diri sesuai syari’at islam.
Buku “cinta = pacaran, benarkah?” ini disusun dengan standar realita kehidupan masa remaja sekarang, sekaligus dalam memenuhi standar yang sudah di tentukan oleh Allah SWT.
Keunggulan lain dalam buku ini adalah sebagai berikut:

1.Materi buku ini disesuaikan dengan kebutuhan remaja pada saat ini.
2.Menggunakan gaya penulisan yang komunikatif dengan kata-kata yang apa adanya. Sehingga memudahkan pembaca untuk lebih memahami materi dan kebenaran islam yang sejati.
3.Setiap pembahasan di berikan bahan-bahan referensi tersendiri yang sesuai dengan pokok materi.
4.Kata-kata dengan gaya bahasa seorang yang baru belajar menulis, sehingga memberikan motivasi kepada pembaca untuk dapat mengikuti langkah penulis (dalam menulis).




Bagi kamu yang hobinya menulis buku
Sok atuh kita tukar pendapat ajach…….???

Indonesia Bangkrut

ABAD 21
INDONESIA BANGKIT ATAU BANGKRUT

"dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)".

Kenyataan historis kadang terlalu pahit untuk ditelan dan terlalu pedas untuk dirasakan. Sejarah adalah kaca benggala yang memuat berbagai fakta yang pernah terjadi pada waktu yang sudah silam. Segala hal yang telah tergores dalam kaca sejarah, tidak lagi terhapus. Orang yang tidak senang mungkin akan berusaha menyelubunginya atau melupakannya, tetapi ia tidak mampu untuk mengahapusnya. Orang dapat membuat berbagai macam tafsir, tetapi pakta sejarah yang ditafsirkan tidak akan berubah. Dari segi penafsir sejarah akan melihat wajah, itu bergantung watak, Idiologi, dan kemauan penfsir.
Kebangkitan ataupun kebangkrutan sebuah generasi suatu dinasti penguasa mewarnai rona sejarah yang sedap dan yang pedas untuk didengar. Kebanyakan yang sedap membuat orang membusungkan dada, tetapi ketika pedas berusaha untuk disembunyikan dan ditutupi. Akan tetapi fakta sejarah tak bisa diubah, tergantung selanjutnya bagaimana kita mengsikapinya haruisnya kita pandai-pandai untuk mengambil pelajaran bagi masa kini karena masa kini akan menjadi fakta sejarah dimasa depan.
”kutukan Mpu Gandring masih ada sampai sekarang?”. bahwa sebuah kekuasaan dan kejayaan suatu dinasti penguasa yang diperoleh dengan cara-cara yang tidak halal, akan menemui babak kebangkrutan yang pahit sepahit empedu. Kudeta Ken Arok yang menohok Tunggul Ametung dengan keris Mpu Gandring telah membawa kesinggasan kemewahan Singosari dengan beristrikan Ken Dedes yang cantik Jelita. Negara Ken Arok yang jaya selanjutnya menjadi bobrok oleh moralitas nafsu durjana dan syahwat politik yang membabi buta.
Habis negara Ken Arok tumbuh negara Majapahit. Kutukan Mpu Gandring meluluh lantakan Singosari-Kediri oleh Senopatinya sendiri Raden Wijaya. Selanjutnya Raden Wijaya membangun dinasti baru penguasa tanah Jawa dan bangkit menguasai nusantra oleh keturunannya Prabu Hayam Wuruk dengan mahapatih Gajah Mada.
Kekuasaan Majapahit telah diagung-agungkan oleh para Founding Father NKRI. Ceritanya dalam negara negara kertagama negara kertaharja ala Gajah Mada) karya sastrawan mpu Prapanca memberikan inspirasi bagi ide perjuangan nasionalisme. Pelaksanaan gagasan Nusantara dengan sumpah nusantara ala sumpah palapa patih Gajah Mada membawa keagungan dan kejayaan kepada negara majapahit, memberikan ketentraman dan kesejahteraan kepada rakyat. Gajah Mada adalah juru selamat dalam masa Majapahit.
Rupanya apa yang digagas M. Yamin seorang penggila sejarah kejayaan Majapahit dan Soekarno yang mengagung-agungkan gagasan nusantara patih Gajah Mada (itu sebabnya PTN diyogya beliau namai Univ. Gajah Mada, kasihan hayam Wuruk hanya jadi PTS di Jakarta), tidak melihat cerita akhir kesudahan Majapahit. Majapahit telah luluh lantah di telan bumi Sirna ing bumi, oleh kekuasaan yang baru, kekuasaan yang halal, perjuangan yang diridhoi Alloh. Sang pemenang al-Fatah dari Demak.
Presiden Hayam Wuruk dan Wakil Presiden Gajah Mada selanjutnya tidak mapu membina keagungan negara Majapahit. Lambat laun kesatuan Nusantara itu pecah berantakan, akibat perebutan kekuasaan antara para ahli waris kerajaan dan rongrongan dari luar.
Semangat Nasional Majapahit yang dipupuk pada masa pemerintahan HW-GM, lambat laun menjadi lapuk. Kelapukan dari dalam dan perongrongan dari luar mengakibatkan runtuhnya kerajaan Majapahit. Perang Paregreg telah menjadi bukti motif perselingkuhan politik yang menyebabkan pertempuran partai putera mahkota dengan partai putera dari selir dan anak-anak tidak syah dari dayang-dayang kerajaan. Perselingkuhanpolitik itu tak bisa merubah apa-apa.
Para pemegang kekuasaan tidak mampu menerapkan perundang-undangan yang bernama agama. Kehidupan mewah akibat kesejahteraan yang diusahakan oleh patih Gajah Mada, telah membuat lemah semangat. Para pembesar dulu ahli dalam membina semangat nasional banyak mengejar kesenangan dan kemewahan.
Semangat lapuk berhadapan dengan semangat baru. Kondisi mental sosial rakyat Majapahit yang lapuk, prustasi, putus harapan dan lelah menonton adegan perselingkuhan politik negeri berhadapan dengan kondisi mental orang-orang demak yang masih segar bugar dan penuh semangat membangun negara baru, Negara Islam.
55. dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.
Bangkit VS bangkrut ???
Enam abad selanjutnya..................al-kisah sebuah negeri pengagum Majapahit tetapi tidak pernah belajar dari kehancurannya, hanya membusungkan dada atas kemajuannya, atas keunggulannya. Tuah Mpu Gandring telah menghantui para ahli waris Majapahit.
Tanda-tanda kebangkrutan semakin terasa meski telah mati rasa, telah terlihat meski sengaja buta. Mengapa kekuasaan menjadi rebutan, sementara tanggung jawab mengemban amanat penderitaan rakyat diabaikan. Ibu pertiwi yang bersuamikan Demokrasi telah membuahkan anak negeri saling berebut tahta singgasana negara. Pertarungan antara partai putera mahkota dengan partai keturunan Selir dan anak-anak selingkuhan dayang-dayang Istana telah membuahkan perang paregreg jilid ke ? yang tak berkesudahan. Sang adik dari selir berkata : ”berikan kesempatan kepada kami yang muda”, sementara sang kakak yang merasa putera mahkota, berkata : ”kami lebih berpengalaman dalam memimpin”...(ah poko namah lieur)
Mengapa rakyat sekarang menjadi penakut, menjadi pengecut, menjadi ragu-ragu, menjadi saling mencurigai, menjadi saling mencakar, menjadi saling curiga.
Kesombongan intelektual liberalisme menguasai sistem ekonomi yang dipilh sekarang, akibatnya ekonomi liberal yang liar mencabik-cabikkekayaan bangsa yang terbagi-bagi hanya dikalangan elit politik dan pengusaha. Korupsi belum juga menujukan penurunan yang berarti, ketidakseimbangan dimana-mana, semangat separatisme masih bergelora seiring dengan antisipasi otonomi daerah yang miskin persiapan.
Akibatnya dosa besar bernama korupsi menjadi budaya, sementara sinergi kekuasaandengan swasta kembali melahirkan jaring kolusi yang sangat erat. Meskipun rakyat mati terbenam lumpur, tidak akan lahir kepedulian sejati dalam ketulusan menolong sesama manusia Indonesia. Apa yang terjadi adalah.............ini perusahaanku, hartaku.........ini negriku, akulah pemimpin yang berpengaruh, mulai dari tingkatan manapun, bila ego kejahatan AKUnya itu tetap besar, kita akan terus menyaksikan kerusakan demi kerusakan.
Dimanakah slogan bersama kita bisa, poster indonesia bangkit. Kampanye politik harapan baru dengan pemimpin baru. Akankah barang yang sudah lapuk terpakai kembali?. Siapa yang mau mencoba mendaur ulang negara dengan rumus eformasi?
Majapahit tinggal kenangan mending kita menyongsong fajar baru yang terbit dari timur, harapan baru itu dunia baru yaitu dunia Islam. Indonesia bangkit tak akan didapat dari yang bangkrut tapi hanya dari kebangkitan Islamyang bernama al-Fatah. Jangan daur ulang negara lebih baik menggantinya dengan yang halal. Bismillah. Selamat datang para wali abad 21....
Assalmu ‘alaikum w.w.,

Right Now !!!

Right Now !!!, sekaranglah saatnya. Saat untuk apa ? tentu saja saatnya membaca diri, sekaligus memperbaiki diri. Tidak ada lagi waktu untuk bersantai-santai. Karena kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Ada beberapa hal yang melandasi hal ini, diantaranya :

Hidup Manusia tidak bisa lepas dari Penyakit.

Satu hal yang tidak bisa dipungkiri adanya, bahwa memang banyak penyakit disekitar kita. Terkhusus disini adalah penyakit non-fisik. Wabah penyakit akal dalam bentuk pemahaman-pemahaman atau isme-isme yang sudah bercanpur aduk antara Islam dan Jahiliyah, penyakit qolbu dalam bentuk keyakinan berhalaisme dan penyakit masyarakat sudah begitu kompleks eksistensinya. Diri kita senatiasa dilingkupi oleh penyakit/masalah diri dan lingkungan dimana pun kita berada. Namun dari semua jenis penyakit tadi pada akhirnya akan kembali kepada satu pertanyaan, yaitu bagaimana dengan diri kita ?

Karena hanya diri kitalah yang akan diEvaluasi atas perbuatan kita selama hidup ini, oleh Pencipta kita. Bukan bapak kita, bukan ibu kita, bukan teman dekat kita, ataupun oranglain disekitar kita.

tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya Q.S. al-Mudatsir (74):38
hati akan dimintai pertanggungjawabannya.
…Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya Q.S. al-Isro.[17:36]

Masalahnya, saat diri sudah merasakan pendengaran kita sudah penuh dengan dosa / penyakit, penglihatan sudah sarat dengan visualisasi dosa/maksiat, begitupun hati ini sudah penuh dengan ‘itiqod, kecenderungan kepada kejahiliyahan, apa tindakan kita?

Setidaknya kan ada beberapa tindakan yang cenderung dilakukan oleh manusia…

Merasa cukup nyaman, dan tidak ada kekhawatiran sedikitpun mengenai kekotoran diri. Bahkan merasa bahagia bergelimang dengan seluruh kebatilan yang ada. Sebisa mungkin memenuhi kepuasan diri, dan rela diperbudak oleh hawa nafsu.

Bersikap apatis, cuek, seolah apa gunanya capek-capek memikirkan hal tersebut. Tidak begitu perduli apakah Akal kita sedang sakit atau tidak, Qolbu kita berpenyakit atau tidak, bahkan tidak begitu perduli apakah masyarakat kita berpenyakit atau tidak. Padahal setiap hari kita hidup dan berinteraksi didalamnya. Yaa perbaikan diadakan seperlunya saja. Jika itupun sedang mau, atau pun karena banyak teman. Jika tidak, yaa sesuai adanya saja….

Ataukah diri kita termasuk orang-orang yang bersegera kepada kebaikan… melakukan segala upaya perbaikan diri dan pembersihan diri ?

Saudaraku…!

Kalau begitu memahami apa itu Dosa? Dan bagaimana akibat-akibat yang ditimbulkan serta bagaimana mentaubatinya merupakan syarat mutlak yang wajib kita ketahui...!

Apa itu Dosa / Maksiyat

Dosa / maksiyat, bukanlah sekedar pelanggaran aturan Islam didunia. Dosa / maksiyat, bukan juga sekedar lalai dari melaksanakan Perintah Alloh dan sengaja melaksanakan apa-apa yang dilarangNya, tetapi dosa adalah segala sesuatu yang dengannya kita akan lebih kesulitan untuk mendapatkan HIDAYAH. Ia adalah yang akan memberatkan lisan kita untuk bisa mengucapkan Laa ilaa ha illalloh diakhir kehidupan. Ia jua yang akan menyusahkan kita untuk bisa menjawab Free test dialam barzah yang dilakukan oleh para malaikat.
Dosa jugalah yang akan memberatkan timbangan kita kesebelah kiri, yang menyebabkan kita mendapatkan kitab catatan amal dengan tangan sebelah kiri. Sekaligus karena dosa-lah Alloh akan menyiksa kita dengan adzabnya yang keras, sebagaimana yang terjadi pada masyarakat fir’aun, mereka adalah yang tidak mengakui, mendustakan ayat –ayat Alloh,

adalah sebagai keadaan kaum Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat Kami; karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan Allah sangat keras siksa-Nya. Q.S. ali Imron [3:11]

Oleh sebab itu penyakit / dosa / maksiyat ini adalah hal yang tidak boleh berlama-lama bersarang dalam diri kita. Ada baiknya kita mengetahui benar tentang hal – hal yang menyebabkan diri kita bermaksiyat;

Sebab2 terjadi kemaksiyatan

Pertama, Karena manusia mengikuti hawa Nafsunya yang buruk, ketika hawa nafsu mendominasi Akal dan Qolbu kita, maka yang terjadi adalah Akal yang maksiat, Qolbu yang maksiat, hingga membuahkan Amal yang maksiat. Sebagimana kemaksiatan yang pernah terjadi pada diri Qobil ketika membunuh saudaranya Habil, karena mengikuti hawa nafsunya:

Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.
Q.S. ali Imron [3:50]

Inilah yang sering dijadikan alasan klasik setiap pelaku kejahatan, sedang gelap mata. Gelap tertutupi oleh Nafsu yang menyelimuti.

Kedua, Karena Mengikuti kebanyakan orang. Suatu sikap, perbuatan yang dilakukan oleh mayoritas orang seringkali menjadi pembenaran pada perbuatan tersebut, padahal tetap saja salah ketika semua itu bertentangan dengan aturan/hukum yang datang dari Alloh.

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta .
Q.S. al-’An’am [6:116]

Perjinahan, perjudian menjadi suatu yang benar, legal, bahkan dianggap sebagai bagian dari HAM ketika kebanyakan orang mulai melakukan hal tersebut.
Demokrasi menjadi suatu yang dianggap benar, legal bahkan dianggap sebagai siasyah perjuangan ketika semua orang menyuarakan Demokrasi. Ironis bukan...???

Ketiga, Karena jahiliah / tidak memiliki ilmu. Kesalahan, pelanggaran adalah sangat mungkin terjadi pada orang-orang yang minim masalah ilmunya, sebagaimana yang diungkap didalam Al-Qur’an :
Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki , sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Q.S [16:119]

keempat amat sangat mementingkan kenikmatan, kemewahan duniawi.

Kemewahan menjadi suatu simbol kejayaan, kehormatan manusia. Dengannya ia merasa nyaman dan mulia diantara manusia-manusia yang lain. Hampir kebanyakan manusia tidak menolak jika mendapatkan kemewahan ini. Padahal dengan kemewahan, orang justru akan menjadi lebih berpeluang untuk menjadi sombong, lebih lalai bahkan berbuat kerusakan di sektor yang lain agar kemewahan pada dirinya langgeng.

Saudaraku...!

Begitu banyak kerugian yang akan diderita ketika kita melakukan sebuah pelanggaran / maksiyat / dosa.
Siapapun diri kita, pastilah tidak ada yang menginginkan mengalami kerugian-kerugian tersebut, bukan?

Nyaris tidak ada manusia yang sehat akalnya mau menjadi mahluk yang dibenci bahkan diazab Alloh.. bahkan bisa jadi dila’nat oleh mahluk-mahluk Alloh lainnya. Setuju...?

Saat nya berubah !!!

Tentunya diam bukanlah suatu solusi. Tetapi haruslah ada perbaikan. Perbaikan dari awal. Secepatnya!... yaitu sekarang!!

Bagaimanakah petunjuk, bimbingan menuju perubahan tersebut? petunjuk, bimbingan yang membuat Alloh memaafkan kita, sekaligus membersihkan masing-masing diri dari segala kejahiliyahan yang pernah bersarang dalam diri.

Taubat sebagai solusi; obat dan media peningkatan diri.

Solusi yang diberikan Alloh kepada kita adalah dengan satu kata. Yaitu Taubat!

Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada Allah dan tulus ikhlas agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar. Q.S. an-Nisa [4:146]

Langkah-langkah membersihkan diri

Taubat merupakan langkah awal bagi setiap orang yang akan melakukan perbaikan diri. Taubat juga merupakan upaya untuk tetap hidup dalam garis Tauhid.

Perbaikan diartikan sebagai memurnikan kembali fitroh kita. Dengan kata lain menghadapkan, menyesuaikan, memasukkan diri dan kehidupan kita kepada dien yang sesuai dengan fitroh diri, yaitu Dien Alloh.

Berupaya melaksanakan syariat Islam dengan benar. Kemudian hidup bersama-sama dengan orang yang benar / shodiq.

Berjanji setia untuk memurnikan tauhid kepada Alloh, hidup bersyari’at Islam, dan berkepemimpinan Alloh Rosul dan Orang-orang yang beriman.

Hal yang serupa telah terjadi pada sahabat Nabi bernama Umar bin Khottob. Selama ini ia telah menjadi orang yang sangat keras memerangi Islam. Kemudian Beliau sadar bahwa selama ini ia telah salah. Salah dalam mengambil konsep kebenaran, salah dalam berprinsip. Salah dalam memandang siapa yang harusnya dijadikan teman, siapa yang harusnya jadi lawan. Salah memilih pimpinan, salah mengambil masyarakat, salah dalam bersistem, berideologi, salah aqidah… tegasnya TAUHIDNYA salah.

Kemudian setelah ia sadar akan kekeliruannya tadi maka bersegeralah ia mencari Rosullulloh SAW.

Untuk apa ?

Untuk berangkat mencari kawan baru.. yaitu Nabi dan para sahabatnya yang sodiq dan Sholih….

Untuk apa ?

Untuk berjanji setia; bahwa sejak saat itu ia akan betul-betul bertauhid, tidak akan musyrik, musyrik dalam segala implentasinya, sekaligus hidup hanya dengan aturan, syariat Alloh, yaitu syariat Islam.. dan yang terakhir siap dibina, dibimbing dan dipimpin oleh Rosululloh SAW dalam naungan Islam

Inilah gambaran contoh orang yang bertaubat. Ia bertaubat dengan segenap jiwanya. Bahkan sampai akhir hayatnya. Tinggal semua yang kita bicarakan tadi akan kemali kepada pertanyaan yang sangat esensi, bagaimanakah dengan diriku?

Saudaraku....!!!
SEGERA Kembali kepada Alloh

MAKA ADAKAH PILIHAN....??????????

KEMBALI KEPADA SUNNAH

Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.Q.S. ar-Rum (30):32
Hampir seluruh sekte-sekte, golongan-golongan, madzhab dan aliran-aliran Islam, mereka mengaku berjalan diatasas Sunnah (sekalipun dalam artian partial) artinya mengartikan Sunnah dalam makna yang terbatas. Dalam konsep dan pengakuan, mereka menggunakan istilah yang sama, Yaitu SUNNAH ROSUL, tapi dalam kenyataan mereka antara satu dengan yang lainnya terdapat titik perbedaan yang sangat jauh.
Rasululloh SAW, Bersabda
“kamu sekalian akan ditolong Alloh untuk mengalahkan musuh-musuh kamu, selama kamu tetap memegang teguh akan ‘sunahku’, maka jika kamu telah keluar dari Sunahku, Alloh akan menurunkan Pemerintahan atas kamu sekalian dari pada musuh-musuh kamu, orang yang menakut-nakuti kamu, maka tidak akan di cabut rasa takut dari hati-hati kamu, sehingga kamu kembali mengikuti kepada Sunnahku”.
Yang penting dimanapun kita berada dalam kondisi saat ini (sekarang), adakah kita sadar akan kekeliruan dalam menerapkan SUNNAH???, Sehingga Allohpun berlepas diri dari kita!!!. Mari kita kembali kepada SUNNAH yang BENAR.

MELURUSKAN PENGERTIAN SUNNAH

Kalimat SUNNAH, jamaknya SUNNANUN mengandung beberapa pengertian:
1.SUNNAH dalam arti; Undang-Undang atau Peraturan yang tetap berlaku.
Firman Alloh SWT, dalam Q.S. al-Isro (17):77 (kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap Rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perobahan bagi ketetapan Kami itu.
Undang-undang atau peraturan/ketetapan yang dimaksud adalah UU Alloh meliputi IPOLEKSOSBUDHANKAMILKUM yang tetap berlaku sepanjang zaman, sampai saat ini. So....! orang yang mengaku Ittiba kepada SUNNAH atau berjalan diatas SUNNAH berarti ia harus konsekwen dengan UU Alloh (al-Qur’an) yang Kaffah, menyeluruh dan lengkap, tanpa mengurangi atau mencampuradukan atau menambah dengan UU diluar UU Alloh dan Rasul-Nya.
Orang-orang yang mengaku hidup diatas SUNNAH, kemudian tidak konsekwen terhadap undang-undang Alloh bahkan menyimpangkannya maka ia berarti bukan pengikut SUNNAH.
Dari Ummar r.a. : Rasululloh SAW. Bersabda
”barang siapa yang mengambil SUNNAHku maka ia termasuk umatku, dan barangsiapa benci kepada Sunnahku maka ia bukan dari ummatku”
( HR. Abu ’Asakir)
Jadi jelas, siapa saja yang beci kepada SUNNAH Rasul dalam arti benci kepada UU Alloh maka ia bukan termasuk ummat Muhammad. Sekarang mari kita berfikir secara jernih, orang yang bukan Ummat Muhammad ingin memperjuangkan Risalah Muhammad !!!!, Mungkinkah???.

2.SUNNAH dalam arti; cara (methode) Yang diadakan: Sabda Nabi
”barang siapa yang mengada-adakan suatu cara yang baik.....
Dan barang siapa mengada-adakan suatu cara yang jelek....
Orang yang menetapi SUNNAH, mesti akan mengikuti cara apapun yang datangnya dari Rasululloh. Cara beraqidah, cara beribadah, bermuamalah, cara berjuang, cara sholat dsb wajib mengikuti tata cara yang ditempuh oleh Rasululloh SAW. Pantang melakukan yang tidak sesuai dengan uswah beliau SAW.
Orang yang mengaku menetapi SUNNAH, tetapi tidak mengikuti jejak Rosululloh, berarti ia telah mengada-adakan cara yang jelek (bid’ah), terlebih bid’ah dalam ibadah, sebagai contoh tentang praktek Sholat yang mestinya diawali dengan takbir kemudian diakhiri dengan salam, kemudian praktek Sholat tersebut diganti dengan cara baru yaitu ruku dulu atau salam dulu lau kemudian diakhiri dengan takbir, ini artinya mengada-ada yang tidak sesuai dengan contoh Rasululloh. Praktek sholat yang demikian hukumnya tidak syah, karena praktek Sholat yang syah adalahharus tertib sebagaimana telah diatur dalam bab Sholat.
Demikian pula dalam mempraktekan Rukun Islam yang lima, inipun harus tertib sebagaimana yang disabdakan oleh Rasululloh SAW. Diawali dari SYAHADAT, SHOLAT, ZAKAT, SHOUM dan HAJI. Salah mempraktekan rukun Islam berarti ia telah mengada-ada atau dengan kata lain bid’ah.
” dari ibnu Abbas ra. Berkata: ” Rasululloh SAW. Bersabda :” Alloh enggan akan menerima amal perbuatan orang ahli bid’ah, sehingga ia akan meninggalkan bid’ahnya”. (HR. Ibnu Majah)

3.SUNNAH dalam arti; Jalan yang telah dilalui:
Suatu perjalanan Rasululloh dari awal Risalahnya dengan segala pengamalan wahyu Alloh (al-Qur’an) secara sempurna sampai akhir hayatnya. Perjalanan yang telah dilalui oleh Rasul adalah suatu perjalanan yang lengkap, pendek kata, Rasululloh telah menjadikan Qur’an sebagai akhlak semasa hidupnya. Seperti yang dikatakan A’isyah dalam Hadistnya:
”Bahwa akhlaq rasululloh adalah al-Qur’an”
Perjalanan beliau dimulai dengan da’wah siir maupun jahr, dengan segala rintangan-rintangan yang dihadapinya sampai rasululloh SAW. Hijrah ke Habsy dan ke Yastrib, kemudian beliau Jihad membangun sebuah nilai kemenangan terhadap musuh-musuhnya sampai MERDEKAnya Mekah ditangan kaum Muslimin
Inilah jalan yang dilalui dalam perjuangannya dan berakhir dengan kemenangan dipihak Rasululloh. Alloh SWT berfirman :
orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.
Q.S. at-Taubah (9:20)
Rasululloh bersabda : dari Aisyah ra.
”Aku melaknat mereka dan Allohpun melaknatnya......
Kepada siapa yang meninggalakan SUNNAHKU”
(HR. Thirmidzi)
Rasululloh telah meletakkan dasar-dasar perjuangan yang harus dilalui oleh setiap pejuang Islam. Dengan langkah Iman yang diteruskan dengan adanya langkah HIJRAH (Transpormasi lembaga Daulah) kemudian dilanjutkan dengan JIHAD dan seterusnya.
Adakah perjuangan politik Islam dewasa ini telah mengalami kegagalan disebabkan faktor tersebut???.
4.SUNNAH dalam arti ; Kejadian yang terulang kembali. Firman Alloh SWT:
”Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah, karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).Q.S.ali Imran(3):137
Dari ayat diatas, maka makna SUNNAH adalah:
Terulangnya suatu peristiwa yang dialami para Nabi dan rasul terdahulu, kemudian terulang kembali peristiwa tersebut pada masa tertentu yang akan datang dengan Idzin Alloh atau setelah memenuhi persyaratan-persyaratan SUNNAH.
”dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya.” Q.S. al-’Anfal (8):30

DEFINISI THOGUT

Bagian pertama: Pendahuluan untuk masuk ke dalam permasalahan.

Sebelum masuk ke dalam penjelasan hukum bagi para pembela thoghut, kami akan membahas tiga pendahuluan, yaitu; penjelasan tentang makna thoghut dan pembelanya, penjelasan kejahatan para pembela thoghut dan penjelasan tata cara ijtihad pada sebuah kejadian. Dan berikut ini penjabarannya;

Pendahuluan pertama; Penjelasan Makna Thoghut dan Para Pembelanya.

Iman seorang hamba tidak syah sampai dia mengkafiri thoghut. Alloh berfirman:

“Maka barang siapa yang kufur terhadap thoghut dan beriman kepada Alloh maka dia telah berpegang dengan tali yang sangat kuat.” (Al-Baqoroh: 256)

Dan ayat ini merupakan tafsiran syahadat laa ilaaha illalloh, yang berisi nafyu dan itsbat;
An-Nafyu artinya meniadakan peribadahan dari setiap apa yang diibadahi selain Alloh. Hal ini direalisasikan dengan meyakini batilnya beribadah kepada selain Alloh, meninggalkan peribadahan itu, membencinya, mengkafirkan pelakunya dan memusuhi mereka. Inilah yang dimaksud dengan mengkufuri thoghut. Hal ini sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Dan al-Itsbat artinya menetapkan peribadahan hanya untuk Alloh semata, dengan mengarahkan semua bentuk peribadahan hanya kepada Alloh semata. Dan inilah yang dimaksud dengan beriman kepada Alloh yang disebutkan dalam ayat di atas.
Ibnu Katsir berkata: “Dan firman Alloh:

“Maka barang siapa yang kufur terhadap thoghut dan beriman kepada Alloh maka dia telah berpegang dengan tali yang sangat kuat. Tidak akan putus tali itu” (Al-Baqoroh: 256)

Maksudnya barangsiapa yang meninggalkan tandingan-tandingan, berhala-berhala dan segala yang diserukan oleh syaitan untuk diibadahi selain Alloh, lalu mentauhidkan Alloh dengan beribadah hanya kepadanya dan bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang diibadahi secara benar kecuali Alloh ‘maka dia telah berpegang dengan tali yang sangat kuat’ maksudnya ia telah kokoh urusannya dan istiqomah pada jalan yang paling baik dan pada jalan yang lurus.”
Kemudian Ibnu Katsir menukil dari Umar ibnul Khothob bahwa thoghut itu adalah syetan. Dan Ibnu Katsir berkata: “Yang dimaksud dengan thoghut dalam firman Alloh adalah syetan, arti ini sangat kuat, karena nencakup segala kejelekan orang-orang jahiliyah yang berupa beribadah kepada berhala, berhukum kepadanya dan miminta pertolongan kepadanya.” (Tafsir Ibnu Katsir I/311). Dan pada I/512 Ibnu Katsir berkata: “Perkataan Umar itu juga dikatakan oleh Ibnu Abbas, Abul ‘Aliyah, Mujahid, ‘Atho’, Ikrimah, Sa’id bin Jubair, Asy-Sya’bi, Al-Hasan, Adl-dlohak dan As-Saddi.
Dan Ibnu Katsir menukil dari Jabir rodliyallohu ‘anhu, bahwa thoghut itu adalah: Para dukun yang disinggahi syetan.
Dan dia juga menukil dari Mujahid bahwa thoghut itu artinya ; Syetan dalam bentuk manusia yang di datangi untuk memutuskan perkara, dan dia yang menguasai urusan mereka.
Dan dia menukil dari Imam Malik bahwa thoghut itu artinya adalah; segala sesuatu yang diibadahi selain Alloh swt.
Dan dalam menafsirkan firman Alloh:

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengkufuri thaghut itu. (QS. 4:60)

Ibnu Katsir berkata: “Ayat ini lebih umum dari pada itu semua, sesungguhnya ayat itu merupakan celaan bagi setiap orang yang menyeleweng dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta berhukum kepada selain keduanya. Dan inilah yang dimaksud dengan thoghut di sini.” (Tafsir Ibnu Katsir I/619).
Ibnul Qoyyim berkata: “Thoghut adalah segala sesuatu yang mana seorang hamba itu melampaui batas padanya, baik berupa sesuatu yang diibadahi atau diikuti atau ditaati. Maka thoghut adalah segala sesuatu yang dijadikan pemutus perkara oleh suatu kaum, selain Alloh dan rosulNya, atau mereka ibadahi selain Alloh, atau mereka ikuti tanpa berdasarkan petunjuk dari Alloh, atau mereka taati pada perkara yang mereka tidak tahu bahwa itu ketaatan kepada Alloh. Inilah thoghut didunia ini, apabila engkau renungkan keadaan manusia bersama thoghut ini engkau akan melihat mereka kebanyakan berpaling dari berhukum kepada Alloh dan RosulNya lalu berhukum kepada thoghut, dan berpaling dari mentaati Alloh dan mengikuti rosulNya lalu mentaati dan mengikuti thoghut.” (A’lamul Muwaqqi’in I/50)
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan: “Thoghut itu pengertiannya umum; maka setiap apa yang diibadahi selain Alloh dan dia rela dengan peribadahan itu, baik berupa sesuatu yang disembah atau diikuti atau ditaati selain ketaatan kepada Alloh dan rosulNya adalah thoghut. Thoghut itu banyak dan kepalanya ada lima:
Pertama; Syetan yang menyeru untuk beribadah kepada selain Alloh, dalilnya adalah:

Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kamu", (QS. 36:60)

Kedua; Seorang penguasa yang dzolim yang merubah hukum-hukum Alloh. Dalilnya adalah:

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (QS. 4:60)

Ketiga; Orang yang memutuskan perkara dengan selain apa yang diturunkan Alloh. Dalilnya adalah:

Barang siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-oang yang kafir. (QS. 5:44)

Keempat; Orang yang mengaku mengetahui hal-hal yang ghoib selain Alloh. Dalilnya adalah :

(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS. 72: 26 - 27)

Dan Alloh berfirman:

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melaimkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. 6:59)

Kelima; Orang yang diibadahi selain Alloh dan dia rela dengan ibadah itu. Dalilnya adalah:

Dan barangsiapa diantara mereka mengatakan:"Sesungguhnya aku adalah ilah selain daripada Allah", maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahanam, demikian Kami memberi balasan kepada orang-oramg zhalim. (QS. 21:29)

(Dinukil dari Risalah Ma’na Ath-Thoghut, tulisan Muhammad bin Abdul Wahhab, yang terdapat dalam Majmu’atut Tauhid cet. Maktabah Ar-Riyadl Al-Haditsh, hal. 260.)
Adapun Syeikh Muhammad bin Hamid Al-Faqiy mengatakan tentang definisi Thoghut: “Yang dapat disimpulkan dari perkataan ulama’ salaf, bahwasanya thoghut itu adalah segala sesuatu yang menyelewengkan dan menghalangi seorang hamba untuk beribadah kepada Alloh, dan memurnikan agama dan ketaatan hanya kepada Alloh dan rosulNya saja. Sama saja apakah thoghut itu berupa jin atau berupa manusia atau pohon atau batu atau yang lainnya. Dan tidak diragukan lagi masuk dalam pengertian ini; memutuskan hukum dengan undang-undang di luar Islam dan syari’atnya, dan undang-undang yang lainnya yang dibuat oleh manusia untuk menghukumi pada permasalah darah, seks dan harta, untuk menyingkirkan syari’at Alloh seperti melaksanakan hukum hudud, pangharaman riba, zina, khomer dan lainnya yang dihalalkan dan dijaga oleh undang-undang tersebut. Dan undang-undang itu sendiri adalah thoghut, dan orang-orang yang membuat dan menyerukannya adalah thoghut. Dan hal-hal yang serupa dengan itu seperti buku-buku yang dibuat berdasarkan akal manusia untuk memalingkan dari kebenaran yang dibawa oleh rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, baik dengan sengaja maupun tidak sengaja, semuanya itu adalah thoghut.” (Catatan kaki hal. 287 dalam kitab Fathul Majid, karangan Abdur Rohman bin Hasan Alu Asy-Syaikh, cet. Darul Fikri 1399 H.)
Adapun Syaikh Sulaiman bin Samhan An-Najdi berkata: “Thoghut itu tiga macam: thoghut dalam hukum, thoghut dalam ibadah dan thoghut dalam ketaatan dan pengikutan.” (Ad-Duror As-Sunniyah VIII/272)
Saya ringkaskan dari uraian di atas : “Sesungguhnya pendapat yang paling mencakup pengertian thoghut adalah pendapat yang mengatakan bahwa thoghut itu adalah segala apa yang diibadahi selain Alloh – dan ini adalah perkataan Imam Malik – dan pendapat yang mengatakan; sesungguhnya thoghut itu adalah syetan – dan ini adalah perkataan mayoritas sahabat dan tabi’in – adapun selain dua pendapat ini merupakan cabang dari keduanya. Dan dua perkataan ini kembali kepada dua kepada satu pokok yang mempunyai hakekat dan mempunyai wujud. Barangsiapa yang melihat kepada wujudnya maka dia mengatakan bahwa thoghut itu adalah segala sesuatu yang diibadahi selain Alloh, dan barang siapa yang melihat kepada hakekatnya maka dia mengatakan thoghut itu syetan. Hal itu karena syetan itulah yang mengajak untuk beribadah kepada selain Alloh, selain dia juga mengajak untuk melakukan setiap kejahatan. Alloh berfirman:

Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim syaitan-syaitan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka membuat ma'siat dengan sungguh-sungguh, (QS. 19:83)

Dengan demikian setiap orang yang kafir dan setiap orang yang beribadah kepada selain Alloh, maka ia melakukan itu karena ditipu oleh syetan, dan setiap orang yang beribadah kepada selain Alloh, pada hakekatnya dia beribadah kepada syetan. Alloh berfirman:

Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? (QS. 36:60)

Dan Alloh berfirman tentang Ibrohim:

Wahai bapakku janganlah kamu menyembah syetan. (Maryam: 44)

Padahal bapaknya menyembah berhala, sebagaimana firmanAlloh:

Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar:"Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai ilah-ilah. ". (QS. 6:74)

Jadi syetan itu adalah thoghut yang paling besar, sehingga barang siapa yang beribadah kepada berhala baik itu batu atau pohon atau manusia maka sebenarnya dia beribadah kepada syetan. Dan setiap orang yang memutuskan perkara kepada manusia, atau undang-undang selain Alloh, maka sebenarnya dia itu memutuskan perkara kepada syetan, dan inilah yang dimaksud dengan berhukum kepada thoghut.
Dengan demikian barangsiapa yang mengatakan dengan ungkapan umun dan ditinjau dari wujudnya, dia akan mengataka (bahwa thoghut itu adalah); segala sesuatau yang diibadahi selain Alloh. Dan barang siapa yang mengatakan dengan ungkapan umum dan ditinjau dari hakekatnya, dia akan mengatakan thoghut itu syetan, sebagaimana yang kami nukil di atas.
Dan barang siapa yang mengatakan dengan ungkapan yang terperinci dan ditinjau dari wujudnya, dia akan mengatakan (bahwa thoghut itu adalah) segala sesuatau yang disembah atau diikuti atau ditaati atau didatang untuk memutuskan perkara selain Alloh, dan ini adalah perkataan Ibnul Qoyyim, dan perkataan Sulaiman Bin Samhan dekat dengan ini. Semua ini kembali kepada makna ibadah. Dan ittiba’ (ikut), taat dan berhukum itu semuanya adalah ibadah yang tidak boleh dilakukan kecuali kepada Alloh. Sebagaimana firman Alloh:

Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya. (QS. 7:3)

Ini tentang ittiba’.
Dan Alloh berfirman:

Katakanlah:"Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (QS. 3:32)

Dan ini tentang ketaatan.
Dan Alloh berfirman:

dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan". (QS. 18:26)

Dan ini tentang berhukum.
Maka mengesakan Alloh dalam ittiba’, taat dan beerhukum semuanya masuk dalam pengertian mengesakan dalam ibadah – yaitu tauhid uluhiyah – sebagaimana mengesakan Alloh dalam sholat, berdo’a dan beribadah, ini semua adalah bentuk ibadah. Dan Alloh berfirman:

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya:"Bahwasanya tidak ada Ilah(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS. 21:25)

Dengan demikian maka ibadah adalah sebuah nama yang mencakup spa saja yang dicintai dan diridloi Alloh, berupa perkataan dan perbuatan, baik lahir maupun batin.
Dengan demikian maka ungkapan yang mencakup arti thoghut ditinjau dari wujudnya adalah segala sesuatu yang diibadahi selain Alloh. Dan adapun secara terperinci dalam al-qur’an dan as-sunnah menyebutkan dua macam thoghut, yaitu thoghut dalam ibadah dan thoghut dalam hukum.

A. Thoghut dalam ibadah. Terdapat dalam firmanAlloh:

Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya (QS. 39:17)

Yaitu segala sesuatu yang diibadahi selain Alloh yang berupa syetan atau manusia baik yang hidup maupun yang mati, atau hewan atau benda mati seperti pohon dan batu, atau bintang, sama saja apakan dengan cara mempersembahkan korban kepadanya atau dengan berdo’a kepadanya atau sholat kepadanya. Atau mengikuti dan mentaatinya dalam masalah yang menyelisihi syari’at Alloh. Dan kalimat “segala yang diibadahi selain Alloh” dibatasi dengan kalimat “dia rela dengan ibadah tersebut” supaya tidak masuk ke dalamnya seperti Isa as., atau nabi-nabi yang lain, malaikat dan orang-orang sholih sedangkan merea tida rela dengan perbuatan tersebut, sehingga mereka tidak disebut thoghut. Ibnu Taimiyah berkata: “Alloh berfirman:

Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat:"Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?" (QS. 34:40)
Malaikat-malaikat itu menjawab:"Maha Suci Engkau.Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu". (QS. 34:41)

Artinya para malaikat tidak memerintahkan mereka intu melakukannya, akan tetapi sebenarnya mereka diperintahkan oleh jin, supaya mereka menjadi penyembah-penyembah syetan yang menampakkan diri kepada mereka. Sebagaimana berhala-barhala itu ada syetannya, dan sebagaimana turun kepada orang yang beribadah kepada bintang dan mengintainya. Sampai ada yang menjelma kepada mereka dan berbicara kepada mereka. Padahal dia adalah syetan. Oleh karena itu Alloh berfirman:

Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kamu", dan hendaklah kamu menyembah-Ku.Inilah jalan yang lurus. Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebagaian besar diantaramu.Maka apakah kamu tidak memikirkan? (QS. 36:60-62)

Dan Alloh berfirman:

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:"Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Rabbnya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zhalim. (QS. 18:50)
(Majmu’ Fatawa IV/135-136)

B. Thoghut dalam hukum, ini terdapat dalam firman Alloh:

Mereka hendak berhukum kepada thaghut, (QS. 4:60)

Dan setiap orang yang dimintai untuk memutuskan hukum selain Alloh baik berupa undang-undang positif atau hakim yang menjalankan hukum selain hukum yang telah diturunkan Alloh, sama saja apakah ia seorang penguasa atau hakim atau yang lainnya. Di antara fatwa fatwa ulama’ jaman ini adalah yang terdapat dalam fatwa al-lajnah ad-da’imah lil buhuts al-‘ilmiyah wal ifta’ di Saudi, sebagai jawaban orang yang menanyakan makna thoghut yang terdapat dalam firman Alloh:

Mereka hendak berhukum kepada thaghut, (QS. 4:60)

Maka dijawab:
“Yang dimaksud dengan thoghut pada ayat tersebut adalah segala sesuatu yang memalingkan manusia dari al-qur’an dan as-sunnah kepada berhukum kepada dirinya baik itu berupa system atau undang-undang positif atau adat istiadat yang diwariskan dari nenek moyang atau pemimpin-pemimpin suku untuk memutuskan perkara antara mereka dengan hal-hal tersebut atau dengan pendapat pemimpin jama’ah (kelompok) atau dukun. Dari situ jelaslah bahwa system yang dibuat untuk berhukum kepadanya yang bertantangan dengan syari’at Alloh masuk ke dalam pengertian thoghut.” (Fatwa no.8008) Dan dalam menjawab pertanyaan; Kapan seseorang itu disebut sebagai thoghut, maka dijawab: “Apabila dia menyeru kepada kesyirikan atau mengajak untuk beribadah kepada dirinya atau mengaku mengetahui hal-hal yang ghaib atau memutuskan perkara dengan selain hukum Alloh dengan sengaja atau yang lainnya.” Diambil dari fatwa no. 5966. yang berfatwa adalah: Abdulloh bin Qu’ud, Abdulloh bin Ghodyan, Abdur Rozzaaq ‘Afifi dan Abdul Aziz bin Bazz. (Fatawa al-Lajnah Ad-Da’imah I/542-543, yang dikumpulkan oleh Ahmad Abdur Rozzaq Ad-Duwaiys, cet. Darul ‘Ashimah, Riyadl 1411 H.)
Sekarang tinggallah dua permasalahan lagi:
Pertama: bahwa thoghut itu diimani dan dikufuri, Alloh berfirman:

orang-orang yang diberi bahagian dari Al-Kitab Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, (QS. 4:51)

dan Alloh berfirman:
(Lihat Majmu’ Fataawa Ibnu Taimiyah VII/558-559)

Beriman kepada thoghut dengan cara memberikan satu bentuk ibadah kepadanya atau berhukum kepadanya. Dan mengkufuri thoghut itu dengan cara tidak beribadah kepadanya, meyakini kebatilannya, tidak berhukum kepadanya, meyakini batilnya berhukum kepadanya, memusuhi orang orang yang beribadah kepada thoghut dan mengkafirkan mereka.
Permasalahan yang kedua; sesungguhnya kufur kepada thoghut dan beriman kepada Alloh itu adalah tauhid yang didakwahkan olehpara rosul, dan ini adalah yang pertamakali mereka dakwahkan, sebagaimana firman Alloh:

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu", (QS. 16:36)

Sedangkan thoghut yang dimaksud dalam pembahasan kita ini masalah 'Hukum Bagi Para Pembela Thoghut' ini adalah thoghut penguasa hukum, dalam hal ini adalah undang-undang dan hukum positif yang dijadikan landasan hukum selain Alloh juga para penguasanya yang kafir yang menjalankan hukum dengan selain hukum yang Alloh turunkan.
Adapun para pembela thoghut adalah orang-orang yang mempertahankannya dan membantunya sampai berperang, membelanya baik dengan perkataan maupun perbuatan. Maka setiap orang yang membantu mereka dengan perkataan maupun perbuatan adalah para pembela thoghut. Karena peperangan itu terjadi dengan perkataan dan perbuatan . sebagaimana kata Ibnu Taimiyah – ketika berbicara tentang memerangi orang kafir asli - : “Adapun orang yang tidak mempunyai kelayakan untuk berperang seperti perempuan, anak-anak, pendeta, orang tua, orang buta, orang cacat dan orang-orangyang semacam mereka tidak boleh dibunuh menurut mayoritas ulama’ kecuali jika mereka ikut berperang dengan perkataan atau perbuatannya.” (Majmu’ Fatawa XXVIII/354) Dan beliau juga berkata: “Dan perempuan mereka tidaklah dibunuh kecuali jika mereka ikut berperang dengan perkataan atau perbuatan, berdasarkan kesepakan para ulama’.” (Majmu’ Fatawa XXVIII/14) Dan beliau juga berkata: “Peperangan itu ada dua macam; peperangan dengan tangan dan peperangan dengan lisan – sampai beliau mengatakan – begitu pula perusakan itu kadang dilakukan dengan tangan dan kadang dilakukan dengan lisan, dan perusakan agama dengan lisan itu lebih lemah daripada dengan tangan.” (Ash-Shorimul Maslul, hal. 385) Atas dasar ini maka yang dimaksud dengan para pembela thoghut dalam pembahasan lita ini adalah;
A.Orang-orang yang membantu dengan perkataan. Dalam hal ini yang paling menonjol adalah; sebagian dari ulama’ suu’, dan para pelajar yang memberikan pengesahan secara syar’ii kepada para penguasa kafir. Mereka membantah tuduhan atas kekafiran para penguasa tersebut dan membodoh-bodohkan kaum muslimin yang berjihad memberontak mereka. Mereka-mereka itulah yang menuduh sesat para mujahidin dan menipu para penguasa. Juga termasuk orang-orang yang membantu dengan perkataan ini adalah para penulis, para jurnalis dan penyiar-penyiar berita yang melakukan perbuatan yang sama.
B.Orang-orang yang membela dengan perbuatan. Dalam hal ini yang paling menonjol adalah balatentara penguasa kafir, sama saja apakah mereka itu angkatan bersenjata atau polisi. Baik yang melakukan secara langsung maupun tidak langsung. Mereka ini di dalam undang-undang negara dipersiapkan untuk melaksanakan beberapa tugas, di antaranya;
Menjaga system negara secara umum, yang hal itu berarti terus berlakunya pelaksanaan undang-undang kafir dan menghukum semua orang yang menentangnya atau berusaha mengubahnya.
Menjaga keabsahan undang-undang, yang hal ini berarti menjaga penguasa kafir itu sendiri, karena penguasa tersebut dianggap sebagai penguasa yang syah berdasarkan undang-undang mereka, dan karena dia diangkat sesuai dengan peraturan yang berlaku sesuai dengan undang-undang positif.
Memperkuat kekuasaan undang-undang, dengan cara melaksanakan hal-hal yang diwajibkan oleh undang-undang, dan masuk dalam hal ini pelaksanaan hukum yang dikeluarkan oleh pengadilan yang berdasarkan undang-undang thoghut.
Dan masuk kedalam golongan pembela thoghut juga setiap orang yang membantu mereka dengan perkataan atau perbuatan dari selain yang telah kami sebutkan di sini, meskipun orang yang memberikan bantuan tersebut adalah negara lain, hukumnya sama saja.
Inilah yang dimaksud dengan thoghut dan mereka itulah yang dimaksud dengan para pembela thoghut.

Pendahukuan kedua; penjelasan tentang kejahatan para pembela Thoghut:

Ketahuilah bahwasanya orang kafir itu tidak mungkin melakukan kerusakan di bumi atau mendzolimi sekelompik orang, kecuali pasti dengan menggunakan pembantu-pembantu yang membantunya untuk melakukan kedzoliman dan kerusakan, dan yang menjaga mereka dari orang yang ingin membalasnya. Dengan demikian maka orang kafir dan kerusakan yang dilakukan itu tidak akan eksis kecuali karena orang-orang yang membantu dan membelanya. Karena itu Alloh berfirman:

Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zhalim yang menyebabkanmu disentuh api naar, (QS. 11:113)

Para ulama’ mengatakan: ar-rukun adalah sedikit cenderung. Dan Ibnu Taimiyah berkata: “Dan begitulah atsar yang diriwayatkan menyebutkan: ‘Pada hari qiyamat akan dikatakan; Manakh orang-orang dzolim dan pembantu-pembantunya? – atau mengatakan semacam itu – kemudia mereka dikumpulkan dalam satu peti dan dilemparkan kedaam neraka.” Dan tidak hanya satu dari ulama’ yang mengatakan: Pembantu-pembantu orang-orang dzolim adalah orang-orang yang membantu mereka. Dan penolong-penolong mereka adalah golongan mereka yang disebutkan dalam sebuah ayat, sesungguhnya orang yang membantu untuk berbuat baik dan taqwa adalah termasuk golongan orang yang berbuat baik dan taqwa. Dan orang yang menolong untuk berbuat dosa dan permusuhan adalah termasuk golongan orang yang melakukan dosa dan permusuhan. Alloh berfirman:

“Barangsiapa yang memberi syafa’at yang baik maka dia mendapatkan bagian dari pahalanya dan barang siapa memberi syafa’at yang buruk ia mendapatkan dosanya.”

Orang yang memberi syafa’at adalah orang yang membantu orang lain, maka dia dengan orang tersebut menjadi genap setelah sebelumnya ganjil. Oleh karena itu Asy-Syafa’ah Al-Hasanah ditafsirkan dengan membantu orang-orang beriman untuk berjihad, sedangkan asy-syafa’ah as-sayyi’ah ditafsirkan dengan membantu orang-orang kafir dalam memerangi orang yang beriman, sebagaimana hal itu disebutkan oleh Ibnu Jarir dan Abu Sulaiman.” (Majmu’ Fatawa VII/64)
Maka penguasa kafir itu tidak akan eksis, dan tidak akan eksis pula hukum-hukum kafir serta kerusakan-kerusakan besar di negara-negara muslimin yang diakibatkannya kecuali lantaran pembela-pembela yang membela para penguasa thoghut itu. Sama saja apakah mereka itu membantu dengan perkataan yang menyesatkan dan menipu manusia, atau membantu dengan perbuatan dengan cara menjaga mereka dan undang-undang mereka dari orang yang ingin membalas mereka. Maka tidak mengherankan kalau Alloh menyebut tentara-tentara pengusa kafir itu dengan pasak-pasak. Karena merekalah yang mengokohkan kekuasaannya dan merekalah yang menjadi penyebab eksisnya kekafiran. Yaitu dalam firman Alloh:

Dan fir’aun yang memiliki pasak-pasak. (Al-Fajr: 10)

Ibnu Jari mengatakan dalam tafsirnya terhadap ayat ini: “ Alloh mengatakan; Apakah kamu tidak melihat apa yang Alloh lakukan kepadan Fir’aun yang memiliki pasak-pasak. Para ahli ta’wil berselisih pendapat tentang makna firman Allo yang berbunyi “yang mempunyai pasak-pasak” dan kenapa dia dikatakan begitu? Sebagian mereka mengataka: Artinya adalah yang mempunyai tentara-tentara yang memperkuat kekuasaannya, dan mereka mengatakan: pasak-pasak dalam permasalahan ini maksudnya adalah tentara-tentara.” (Tafsir Ath-Thobari XXX/179)
Ini semua menjelaskan tentang kejahatan para pembela thoghut dan bahwa sanya mereka itulah penyebab yang sebenarnya atas eksisnya kekafiran dan kerusakan. Maka tidak mungkin orang kafir itu dapat merusak dan mendzolimi umat kecuali dengan menggunakan para pembantu yang menolong nya. Dan kalau rosululloh saja bersabda:

Saya berlepas diri dari setiap muslim yang tinggal ditengah-tengah orang musyrik.”

Lalu bagaimana dengan orang yang membantu kekafiran mereka ? dan bagaimana dengan orang yang membantu mereka untuk menyakiti dan memerangi kaum muslimin?
Dan pada kenyataannya sesungguhnya peperangan kaum muslimin melawan penguasa thoghut ini dalam rangka menggulingkan mereka dan menggantinya dengan penguasa muslim, pada hakekatnya adalah peperangan melawan para pembela mereka yang terdiri dari tentara dan yang lainnya. Oleh karena itu wajib untuk mengetahui hukum bagi para pembela thoghut ini dan inilah topik dalam pembahasan kita.